Sudah Dapat Mengukur seberapa Kuat yang Mereka Lawan
"Simpan energi kalian untuk malam ini. Esok hari, mungkin kita akan melakukan hal yang sama namun lebih dari ini pastinya." Dan disaat yang bersamaan mobil kedua berhenti menepi di pinggir jalan.
"Terima kasih atas segala bantuannya, Loren, Paulo." Bisma mewakilkan semua rekannya.
Loren mengangguk dan membalas dengan senyuman tipis. Lalu ia pergi entah kemana bersama Paulo sampai pandangan matanya Bisma dan yang lainnya sudah tak dapat melihat mereka lagi. Mobil kedua kembali berjalan lagi menyusul mobil pertama yang tak berhenti—cukup ketinggalan dengan mobil yang ada di depan. Tak lama dari itu, kedua mobil itu melewati rumah Arda. Kini mereka dapat merasakan suasana yang berbeda. Rumah yang tadinya ramai dan meriah akan pesta di dalamnya, kini berubah drastis.
Rumah itu hening, tak ada suara apa pun di dalamnya. Dan di sekeliling rumah itu sudah ada police line yang menandakan ada sesuatu yang berbahaya di area itu.
"Apa sama dengan pabrik itu?" tanya Jaka sambil terus memperhatikan rumah Arda.
"Mungkin para petugas baru saja menginvestigasi rumah ini. Tapi entahlah mereka semua berhasil lolos atau tidak. Tapi menurutku, mustahil untuk menangkap Arda dengan mudah." Bisma tahu betapa besarnya kekuatan Arda—Jaka mengangguk setuju—sependapat dengannya.
***
Dua mobil itu kini kembali tiba di depan gerbang rumah sewa di Middleburg setelah lamanya mereka dalam perjalanan. Anto yang berada di mobil pertama, turun dan bergegas untuk membuka gerbang itu. Setelah gerbang dibuka lebar, kedua mobil itu masuk bergantian. Tak lupa Wawan untuk menutup rapat kembali gerbang rumah itu. Satu per satu orang keluar dari mobil dan mulai masuk ke dalam rumah. Tak ada obrolan apa pun yang keluar dari mulut mereka.
Bisma yang berada di belakang tiba-tiba memanggil Dewi dan Cinta yang membuat kedua wanita itu berhenti dan berbalik badan. "Dewi, Cinta ...."
"Ya? Ada apa, Bisma?" Dewi yang menjawab panggilan dari Bisma.
"Kalian bisa pakai kamarku dan Jaka untuk beristirahat." Bisma menunjuk ke arah kamar nomor 13 yang berada di lantai pertama.
"Lalu bagaimana dengan kalian?" Dewi kembali bertanya memastikan Bisma dan Jaka untuk beristirahat di mana.
"Kami sudah terbiasa beristirahat di sofa. Lagipula kondisi kalian jauh lebih membutuhkan istirahat yang banyak dibandingkan kami." Kini Jaka yang menimpali pertanyaan dari Dewi.
"Ya sudah jika begitu. Terima kasih." Dewi dan Cinta tersenyum kepada Bisma dan Jaka—bergegas masuk ke dalam kamar sesuai perintah dari Bisma tadi.