Tak Lagi Satu Cerita

Dina Purwanti
Chapter #3

2🌼

(POV Raka)

Jakarta selalu terasa panas, bahkan ketika matahari baru saja muncul dari balik awan. Tapi entah kenapa pagi itu terasa berbeda. Lebih ringan, lebih hidup. Atau mungkin karena aku tahu, hari ini aku akan melihat Keira lagi.

Seharusnya aku sudah kebal sama rutinitas sekolah, datang pagi, latihan basket, pelajaran, lalu pulang sambil ngos-ngosan karena keringat belum kering. Tapi akhir-akhir ini, ada jeda di tengah semua itu yang bikin degup jantungku sedikit berbeda. Dia, Keira Avanya. Ketua klub seni yang... anehnya, mulai sering muncul dalam pikiranku tanpa permisi.

Aku nggak tahu sejak kapan tepatnya. Mungkin sejak acara pentas seni kemarin. Mungkin sejak aku lihat dia berdiri di depan lukisan hasil karyanya sendiri dengan rambut yang dikuncir asal, pipi yang memerah karena lelah, tapi tetap bisa senyum sambil menjelaskan makna lukisannya ke guru-guru. Mungkin sejak dia bilang warna ungu bisa jadi simbol rindu, dan aku cuma bisa bengong, karena selama ini kupikir ungu ya... ungu aja.

Keira bukan tipe cewek yang suka jadi pusat perhatian. Tapi justru itu yang bikin dia menarik. Ada sesuatu dalam diamnya, dalam caranya memandang dunia, yang bikin aku ingin tahu lebih banyak


☄️☄️


"Ada yang berbeda dari senimu kemarin," ucapku ketika kami duduk berdua di bangku taman belakang sekolah. Tempat itu agak sepi, pohon-pohonnya rindang, dan kadang menjadi tempat pelarianku juga kalau ingin rehat dari dunia yang terlalu keras.

Keira menoleh pelan, alisnya terangkat sedikit. "Berbeda gimana?"

Aku mengangkat bahu, "Nggak tahu... lebih dalam aja. Biasanya lukisan kamu penuh warna, kemarin kayak lebih sendu."

Dia tersenyum kecil, tapi matanya nggak menatapku . "Mungkin karena aku capek."

Aku tahu dia berbohong, tapi aku nggak mau maksa. Aku juga kadang nggak pengen orang maksa aku cerita kenapa aku pulang malam terus, atau kenapa aku marah kalau pelatih bilang aku belum siap untuk seleksi provinsi.

"Kalau kamu, gimana mimpimu? Tetap pengen main di tingkat nasional?" tanyanya tiba-tiba, mengalihkan arah pembicaraan.

Lihat selengkapnya