Tak Lagi Satu Cerita

Dina Purwanti
Chapter #4

3🌼

POV Keira

Jakarta kembali disiram hujan sejak subuh tadi. Aku duduk di meja belajar, menyentuh jendela yang mulai mengembun karena suhu dingin. Jemariku mencoret sedikit pola acak di kaca sambil sesekali melirik ke layar ponsel. Pagi ini, grup Line klub seni mulai ramai.

"Keira, nanti jangan lupa bawa konsep buat acara pentas seni yaa."

"Jangan telat kayak minggu lalu wkwkwk."

Aku membaca pesan-pesan itu sambil menggigit bibir bawah. Hari ini ada rapat pengurus, dan... katanya Raka juga bakal hadir. Katanya. Tapi nggak ada yang benar-benar yakin karena cowok itu selalu muncul tiba-tiba kayak hantu, bedanya, dia ganteng.

Aku menarik napas panjang. Masih nggak ngerti kenapa aku jadi memperhatikan kehadiran dia sejak hari kita ketemu di halte itu. Anehnya, setelah kejadian itu, dia kayak muncul di mana-mana.

Di kantin, di tangga, di lapangan, bahkan di ruang kesenian.

Padahal sebelumnya... aku nggak pernah benar-benar memperhatikan.

Dan sejak itu, rasanya degup jantungku sering kehilangan irama.

Ruang kesenian hari ini cukup hangat, walau suara hujan masih terdengar samar dari luar. Anggota klub sudah mulai berkumpul, dan aku sibuk memeriksa bahan-bahan presentasi konsep acara.

Pintunya tiba-tiba terbuka.

Seseorang masuk dengan hoodie hitam basah dan aroma hujan yang khas.

Raka.

Aku yang tadinya berdiri, refleks duduk lagi. Mataku melirik ke arahnya tanpa benar-benar berani menatap.

"Sorry telat. Habis latihan basket," katanya sambil duduk di pojok, tak jauh dari tempat dudukku.

Aku mengangguk pelan, masih dengan naskah di tanganku yang tiba-tiba terasa seperti tisu kosong.

"Keira, kamu aja yang mulai," ujar Kak Rizka, ketua klub seni.

Lihat selengkapnya