Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #2

Keblinger

"Hubungan asmara memang seperti itu. Kita harus lebih sering mengikuti kata hati dan insting kita. Orang boleh memberi nasihat ini dan itu, tapi solusinya tetap ada pada kita. Ibarat main bola, kita dikasih umpan, yah, kita sebagai penendangnya, harus dieksekusi, bukan pemain tim lawan."

Arik nyengir saat membaca status Facebook salah seorang teman daringnya, Iyus. Status Iyus itu lumayan bisa mengurangi ketegangan. Apalagi, sekarang ini, Arik sedang berada di daerah SCBD. Tak jauh dari Ritz-Charlton. Yah, dari Ritz-Charlton ke SCBD, kurang lebih waktu tempuhnya itu sekitar sepuluh menit dengan ojek.

"Iyus ini jomlo, kan?" tanya Arik ke dirinya sendiri. "Jomlo begini, kok bisa punya pemahaman cinta koyo gini, toh? Bercintanya di alam mimpi, yo? Wuedan, hahaha..."

Di sebelah Arik, ada seorang pelamar kerja lainnya. Laki-laki, gendut, berkacamata, dan mengenakan setelan jas dan celana panjang yang serba hitam-hitam. Hanya kemejanya saja yang berwarna biru langit. Tadi si laki-laki gendut memperkenalkan diri sebagai Glen.

Tertawa. Iya, Arik tertawa kecil (yang tak berani tertawa terbahak, karena faktor situasi) memperhatikan kelakuan Glen. Entah apa yang didengar Glen, laki-laki gendut itu terlihat asyik berjoget ala boyband Korea, tapi lagu yang didengar Glen itu berbahasa Indonesia.

"Sek, sek, itu lagu opo?" Arik mengernyitkan dahi. Karena penasaran yang bercampur dengan rasa gelisah (dirinya takut gagal diterima kerja lagi), ia iseng saja mencari tentang lagu itu di Google.

Bersamaan dengan itu, Glen sempat ditegur karyawan HRD yang bertugas untuk menyeleksi pelamar kerja yang datang ke Yoga Pratama and Partners. Saking terlalu menikmati lagu yang dinyanyikan oleh para gadis remaja, Glen sempat susah dipanggil oleh pewawancara. Ditambah lagi, Glen bernyanyi dengan suara yang tak bisa dibilang pelan. Glen bernyanyi sekaligus menirukan koreografi yang dibawakan oleh Nelly, dan kawan-kawan.

"Owalah, saka girlband, toh?" ujar Arik masih berbicara ke dirinya sendiri, sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Lagian, si gendut aya-aya wae. Wis usia semana, isih demen liat cah wedok njoget-njoget. Hahaha..."

Lihat selengkapnya