Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #6

Matur Nuwun

"Your smile gives me the bravery. It makes me so brave. Thank you, my Sunny!"

Tulis Stella sebagai caption post Instagram terbarunya. Lengkap dengan emoticon orang sedang memberikan ciuman hati, juga emoticon matahari. 

Di Indonesia, sudah jam dua pagi. Maka, di Amerika Serikat, masih jam dua siang. Hari ini Stella sedang sibuk sebuah proyek. Tadi Stella baru saja menjalani pemotretan untuk sebuah iklan yang akan tayang selama sepuluh detik di televisi. Iklan itu rencananya tayang di beberapa negara selain Amerika Serikat, dan itu termasuk di Indonesia. Stella sudah membayangkan reaksi pacarnya, andaikan iklan itu tayang di Indonesia. Hanya membayangkannya, Stella sudah cengar-cengir tak karuan. Pasti Arik norak. Tidak norak, bukan Arik namanya. 

Seperti ada yang membangunkan Arik dari mimpi indahnya (yang mana Arik sedang bermimpi sedang di Hawaii bersama Stella, dan Stella mengenakan bikini super seksi), laki-laki norak, agak mesum, dan sok idealis itu terbangun di sekitar pukul 02:04 waktu Indonesia bagian barat. Arik spontan mengambil ponsel di atas nakas, yang tak jauh dari posisinya ia merebahkan diri. Entah ada setan apa yang merasuki Arik, sekonyong-konyong Arik log in ke akun Instagram-nya. Kebetulannya lagi, post Stella muncul di bagian teratas. 

Napas Arik agak memburu. Terengah-engah. Wajar saja, pakaian Stella memang agak membuat nafsu birahi Arik naik (naik sedikit, lah!). Stella mengenakan kaus merah muda tanpa lengan dan bra transparannya agak terlihat. Untuk bawahannya, Stella mengenakan rok di atas lutut, namun tak mini-mini amat. Di foto, Stella seperti sedang menunjuk seseorang (yang mana Arik lagi-lagi berfantasi dirinyalah yang ditunjuk Stella). Arik tak tahu di mana, yang pasti mungkin masih di Los Angeles. Sepertinya Stella sedang berada di supermarket setempat. Beberapa orang dibiarkan lalu-lalang, mungkin agar diorama fotonya terkesan lebih hidup. Mungkin maksud foto itu mau berkata seperti ini, 'Halo, Sayang, terima kasih sudah menjadi matahariku di hari-hari aku yang luar biasa melelahkan dan penuh drama.'

"Stella, Stella, ayune sampeyan. Pancen tresno karo sampeyan. Sukur tenan, sampeyan sing dadi pacare aku, Stella. Pancen tresno, pancen tresno, pancen tresno. Tresno karo sampeyan ing salawas-lawase."

Untuk kalimat terakhir, itu diucapkan Arik sembari mencium-cium foto Stella tersebut. Arik berharap Stella bisa merasakan ciuman jarak jauhnya tadi. Dan, belum apa-apa, di bagian di antara kedua paha Arik sudah tegang. 

Wah, mesum kamu, Arik. Ingat, loh, novel ini bukan novel stensilan.

Tiba-tiba pintu kamar Arik diketuk. Dengan agak lesu, Arik berdiri dan menghampiri pintu. Ada sang kepala keluarga, yang seharian ini sudah memberikan kesibukan luar biasa. Sepanjang hari kamis ini, Arik diminta Pak Andi untuk menemani Pak Andi berbelanja kebutuhan warung makan soto tersebut. Mulai dari ke pemasok daging sapi, ke kantor hukum (yang untuk mengurus penggunaan nama merek dagangnya), juga Arik dipaksa ikut menjadi kurir warung makan soto tersebut. Keluh Arik dalam hati, wong aku iki lulusan fakultas Hukum, ngebet dadi pengacara koyo Bapak Bigman, nanging kerjaane aku saiki koyo tukang suruh-suruh. 

"Opo meneh, Pa. Wis jam dua, aku kepengen turu. Seharian wektune aku kan karo papa." keluh Arik menghela napas. 

"Kamu ngomong karo sopo sonten nggini, Rik?" tanya Pak Andi mengendus sepertinya ada aktivitas di dalam kamar Arik yang meresahkan Pak Andi. 

Omong-omong, sebetulnya Pak Andi kurang menyukai hubungan asmara yang terjalin antara Arik dan Stella. Alasannya kenapa? Cukup rumit! 

***

"Ojo ngingu gening neng jero ati. Ojo nyinggahno mowo neng jero dodo. Mergo howo panase bakal ngebong awakmu dewek." 

Kata-kata itu Arik dapatkan dari seorang tukang cendol langganan. Orangnya sudah agak sepuh. Lebih tua daripada ayah kandungnya Arik. Arik yang mendumel, karena terus menerus disuruh-suruh Pak Andi (semenjak Pak Andi memergoki Arik sudah membohongi dirinya), membawa motornya ke sana dan ke mari tanpa tujuan yang jelas. Yang akhirnya, Arik letih sendiri. Ia daratkan motor matic-nya di sebuah minimarket. Adem sebentar di dalam minimarket

Lihat selengkapnya