"Semakin dewasa kalian, semakin kamu tidak peduli mau dapat ranking berapa. Karena, yang penting itu, kenangan-kenangan indah yang sudah tercipta. Dan, percaya deh sama Bapak, orangtua kalian di rumah tidak terlalu peduli sebetulnya kalian mau dapat ranking berapa. Jujur saya katakan di sini, ada wali murid yang cerita ke salah satu guru di sekolah ini, dia lebih ingin anaknya menikmati bersekolah di sini. Itulah juga yang Bapak harapkan agar jangan tegang menghadapi Ujian Nasional."
Iyus baru saja menuliskan kata-kata kepala sekolahnya di upacara hari senin kemarin di dalam blog pribadinya (yang lumayan sering dibaca, karena dalam sehari bisa dibaca hingga 200 kali). Lama juga Iyus menuliskan segala yang ia alami di hari senin kemarin. Ada kalanya Iyus menulis sembari menangis sesenggukan. Karena sebentar lagi Iyus akan mengakhiri statusnya sebagai seorang pelajar sekolah menengah atas.
Ia berhenti menulis. Kedua matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Warnet yang ia kunjungi mulai ramai. Bocah-bocah sekolah dasar mulai menguasai warnet yang tidak terlalu memiliki banyak komputer. Iyus menggeleng-gelengkan kepala. Keluh Iyus dalam hati, hadeuh, mainnya bisa waras kagak, Dek? Gak usah kayak gitu juga, yang sampe ngomong jorok gitu.
"Woy, Anjeng, lo kenapa nggak back up gue?"
"Guoblok! Bukannya ditembak, malah diem aja,, bisa maen kagak, sih?"
"Lo bisa nge-shoot gak?"
"Copo lo! Dasar cacad!"
"Udah gue beliin vocer Blank Point juga, malah kek gini lo maen, anjeng lo dasar!"
Iyus menggeleng-gelengkan kepala. Ia berhenti sebentar, lalu berdiri untuk meninggalkan bilik komputernya. Eh, ada bocah yang menghampiri Iyus dan berkata sambil memasang tampang memelas, "Bang, udahan yah? Komputernya gue yang make, yah?!"
"Enak aja lo!" semprot Iyus sok galak. Wah, bisa juga Iyus memaki-maki, walau yang dimaki-maki masih sekolah dasar. "Komputernya masih gue pake. Kan, lo liat sendiri, billing-nya belom gue matiin. Lagian, lu yah, Tong, lo bolos sekolah yah, Tong. Masih jam sepuluh pagi, udah di warnet."
"Gue sekolah siang, Bang." ujar si bocah berdalih.
Iyus berdecak, lalu menghampiri kulkas kecil di samping meja operator. Ia mengambil sebotol minuman teh kemasan.
"Udahan, Yus?" tanya si operator warnet, yang bernama Bang Raja.