"An answer in a prayer that we never ask. Thank, God, actually my blessings, even little, are yours. "
Masih ingat dengan kata-kata di atas? Kalau lupa, baca lagi bab-bab sebelumnya. Intinya, karena kata-kata mutiara di atas tersebut, Arik uring-uringan. Dalam pikirannya, Arik terus saja berpikiran Stella mengkhianati cinta mereka berdua yang sudah terjalin cukup lama. Demi Stella, hampir saja Arik gontok-gontokan dengan para remaja SMA yang menuduh Arik seseorang yang sering berdelusi. Sebetulnya bukan hanya Brian, Randi, dan Iyus yang menuduh Arik hanya berdelusi. Ternyata eh ternyata, rata-rata teman daringnya pun sama. Mereka merasa Stella itu terlalu indah untuk menjadi nyata. Stella mungkin hanya pacar imajinasi dari seorang Arik Sutiawan, yang bercita-cita menjadi suksesor dari Bigman Paris Hutajulu.
Nah, sekarang ini Arik sudah mendapatkan jawabannya.
Jam dinding di kamar Arik sudah menunjukkan pukul 04.15. Pagi, loh, bukannya empat sore. Itu juga dalam waktu Indonesia bagian barat. Di jam segitu, Arik sudah terbangun. Terbangun dari mimpi buruk, di mana Arik melihat Iyus dan Stella berangkulan di sebuah bioskop, dan menonton film untuk 21 tahun ke atas. Yah, untungnya hanya mimpi. Faktanya, tidak seperti itu.
Karena ternyata,... ah, tak sia-sia Arik berdoa. Doa Arik terjawab melalui salah satu post Iyus di halaman Facebook-nya. Iyus posting satu foto dengan keterangannya: "Jangan iri, yah, teman-teman. Cewek cakep sebelah aku ini hanya kakak sepupu aku. Dia baru datang dari Los Angeles. Cuma sebentar di Jakarta. Buat urusan pekerjaan juga."
Arik memicing-micingkan kedua matanya. Moso sih, katanya dalam hati yang masih tak percaya. Stella tidak pernah bilang ia punya adik sepupu bernama Iyus yang masih kelas 12 SMA. Lantas, apa maksud dari Iyus dan Stella yang menuliskan status Facebook nyaris bersamaan? Arik sudah berpikiran Stella jauh lebih memilih daun muda bernama Iyus daripada yang sebaya bernama Arik.
Arik, Arik, andai dirimu tahu Stella yang lebih dahulu menuliskan status itu dari Iyus. Iyus hanya copy and paste. Tidak lebih dan tidak bukan. Arik bahkan tidak mempedulikan isi dari friend list Stella. Dasar bodoh. Iya, kamu bodoh, karena ada profil Iyus di dalam daftar teman Facebook Stella. Cemburu kamu itu sangat tidak beralasan, Arik. Untungnya kamu belum sempat mengalamatkannya langsung ke Stella. Waduh, bisa perang dingin di antara kamu dan Stella. Salah berbicara, kandas sudah hubungan percintaan kamu dan Stella.
"Sek, sek,..." Bola mata Arik memutar ke atas. "Stella ndak pernah cerita karo aku soal ini. Kaget aku, si tengil iki sepupuan karo Stella. Baguslah kalo gitu. Cemas aku, yen Stella selingkuh karo Iyus."
Tok, tok, tok.
Pintu kamar Arik diketuk. Pasti ayahnya.
"Ora bengok kamu, Rik. Isih jam papat subuh. Ndak enak karo tetangga sing sholat subuh." Benar saja, itu memang Pak Andi, ayahnya Arik.
Arik tambah bingung saja. Sudah ia bingung kenapa Stella merahasiakan tentang Iyus yang ternyata sepupunya, lah, perasaan Arik tidak berteriak. Di dalam kamar, ia hanya terperanjat. Jikalau berbicara, volume suara Arik, seingatnya juga, tidak kencang-kencang amat. Apa mungkin tanpa sengaja Arik bersuara agak kencang, sehingga terdengar hingga kamar orangtuanya? Ah, mana mungkin itu. Semalam Arik tidak minum alkohol. Sebotol pun tidak. Kalau tadi Arik berteriak, Arik sadar, kok.