"Jangan berkecil hati kalau engkau hidup dalam penderitaan. Tuhan selalu menunggu engkau kembali.
Orang akan mengalami banyak kesusahan dan masalah dalam hidup. Misalnya, tekanan hidup, penderitaan kehilangan pekerjaan, kegagalan pernikahan, penderitaan penyakit dan lain-lain. Semua ini membuat kita merasa derita dan tidak berdaya bahkan kehilangan harapan dalam kehidupan. Tapi tahukah anda, ketika kita menderita, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita? Tuhan selalu menunggu kita bisa berbalik kepada-Nya. Anda dengarlah, ini adalah suara Tuhan.
Tuhan berfirman, ketika engkau letih dan ketika engkau mulai merasakan adanya kehampaan suram di dunia ini, jangan kebingungan, jangan menangis. Tuhan Yang Mahakuasa, Sang Penjaga, akan menyambut kedatanganmu kapan pun. Dia berjaga di sampingmu, menunggumu untuk berbalik. Dia menunggu hari ketika engkau tiba-tiba memperoleh kembali ingatanmu: menyadari kenyataan bahwa engkau berasal dari Tuhan, tetapi entah bagaimana, engkau kehilangan arah, entah bagaimana engkau jatuh tidak sadarkan diri di tepi jalan, kemudian entah bagaimana, engkau mendapatkan seorang ayah. Lebih dari itu, engkau menyadari bahwa Yang Mahakuasa selama ini selalu ada di sana, mengamati, menantikan engkau kembali, sudah begitu lama. Dia telah mengamati dengan kerinduan memilukan, menunggu respons tanpa jawaban. Penjagaan-Nya begitu tidak ternilai dan dilakukan demi hati dan roh manusia. Mungkin penjagaan ini tidak berbatas waktu, dan mungkin penjagaan ini sedang berakhir. Namun, engkau harus tahu persis di mana hati dan rohmu berada saat ini juga."
Saat Arik sedang membolak-balikan warta umat dari gereja yang didatanginya, seorang suster menghampirinya. Suster itu melirik ke arah Arik sekilas, lalu kembali melanjutkan doanya lagi.
Diam-diam Arik memperhatikan lekak-lekuk si suster. Ada getaran tersendiri di dalam diri Arik. Cintakah ini? Walau kepala si suster ditudungi kerudung putih, untuk seorang Arik Sutiawan, suster ini tetap terlihat cantik. Mungkin ini yang namanya kecantikan sejati. Ditutupi kerudung pun, kecantikannya tetap terpancar.
Arik beberapa kali menelan air liur. Ia terus menekuri wajah si suster. Tanpa sadar, si suster melirik balik ke arah Arik. Suster itu tersenyum. Arik balas tersenyum. Kedua insan saling menatap. Saling jatuh cintakah, mereka, kedua insan ini?
"Permisi," ucap si suster, lalu berjalan meninggalkan Arik yang masih terus menatap.
Arik terus saja memandangi si suster hingga temannya, Sukro, datang. Punggung Arik ditepuk Sukro. Sukro cengar-cengir. Arik kikuk.
"Kenapa lu, Brother?" tanya Sukro nyengir.
Arik menggelengkan kepalanya, tersenyum tipis.
"Lu naksir suster barusan?" tanya Sukro coba menyelidiki.
"Cantik suster itu," Arik menjawab dengan malu-malu. "Jarang-jarang nemu suster yang secantik itu."