Kebahagiaan itu Kita yang Ciptakan, maka Upayakanlah
posted by Iyus Kurniawan on May 26, 2014
Sesuatu yang besar dan kuat selalu dimulai dari hal-hal kecil, namun memiliki fondasi yang kuat. Begitulah perkataan dari seorang guru Agama saat saya masih seorang pelajar sekolah menengah atas.
Lalu, guru Agama saya melanjutkan kata-katanya lagi. Dia bilang begini, "Iman membuat segala sesuatu menjadi mungkin. Harapan membuat segala sesuatu bekerja. Cinta membuat segala sesuatu indah."
Ini apa, sih, yang saya mau bicarakan? Sepertinya tidak ada hubungannya dengan judul yang saya ciptakan terlebih dahulu. Ah, mungkin karena saya merindukan masa-masa sekolah dulu. Padahal saya belum ada setahun meninggalkan sekolah itu. Sekarang saya malah merindukannya. Rindunya sama seperti seorang fans JK Group yang rindu oshimen-nya.
Eh, saya bukan fans JK Group, loh. Teman saya yang fans JK Group. Oshimen-nya itu Tania. Dia mengaku kepada saya. Jika rindu sudah datang, tak peduli jaraknya, tidak dilihat pula biaya tiket masuknya, rindu tetaplah rindu, harus dituntaskan. Alhasil, teman saya itu menempuh jarak dari Bekasi Timur menuju Senayan. Semuanya demi mengobati rasa rindunya akan sosok Tania Jupriantono. Saya sendiri sampai bingung, apa bagusnya si Tania itu. Yang sampai-sampai berkorban seperti itu.
Wah, pelajaran yang sangat bagus dari teman saya yang seorang fans yang oshimen-nya Tania. Untuk yang bersangkutan, jika membaca tulisan ini, saya tidak sedang meledeki kamu. Saya justru sangat terinspirasi, pun termotivasi dengan usahamu mengejar oshimen kamu. Berkat kamu, saya makin paham apa itu kebahagiaan.
Jangan tunda bahagiamu. Entah dirimu seorang ibu yang harus bertanggung jawab pada anak-anak, entah dirimu seorang anak yang harus menjaga dan merawat orangtua. Atau, mungkin dirimu seorang istri yang harus melayani suami. Mungkin dirimu seorang diri yang sibuk menafkahi dirimu.
Intinya, kamu berhak bahagia. Kita semua berhak bahagia. Bahagia dengan cara apa pun. Jangan korbankan kebahagiaanmu demi orang lain.
Jangan juga memiliki pemikiran seperti ini. "Ah, tunggu anak akan dewasa dulu, baru aku bisa senang-senang". Pasti mungkin di antara pembaca blog saya, ada yang memiliki pemikiran seperti itu. Mungkin ada yang ibu-ibu yang memiliki pemikiran, "Tunggu suami nggak sibuk, baru aku bisa senang-senang".
Saya pun, bapak-ibu-saudara-saudari sekalian, seperti kalian. Pernah saya berpikir, "Tunggu sembuh dulu, baru gue tenang, terus senang-senang". Dulu saya sempat berpikir seperti itu. Hingga, sekarang ini, ada semacam pencerahan dalam otak saya. Bahwasanya, bahagia kita tidak perlu sekomprehensif itu. Tidak perlu heboh nian. Kebahagiaan itu bisa kita ciptakan dalam keseharian yang sederhana.