"Walau kadang suka cemburu lihat banyak banget foto-foto perempuan cantik di handphone kamu, tetap saja aku senang banget buat kebahagiaan kamu. Aku juga penuh syukur atas semua itu. Apapun itu, senang atau sedih, jangan lupa buat selalu bersyukur, okay?
Kalau kamu sedih, aku pun turut sedih. Makanya, masalah sekecil apapun, kamu harus cerita ke aku. Pokoknya, pacar keren aku itu harus bahagia.
Malam ini istirahat yang cukup. Jangan merusak kesehatan. Sekarang lagi musimnya sakit, aku nggak mau kamu sakit. Kamu itu, bagi aku, layak dan berharga buat aku. Wow banget!
Sesayang itu aku sama kamu, meski kamu kadang suka bikin aku kesal. Aku juga sangat peduli sama kamu. Rasa peduli aku bukan juga karena membalas apa yang kamu sudah lakukan buat kamu. Nggak, bukan karena itu. Aku peduli karena memang pengin peduli. Anggap saja karena itu salah satu bukti cinta aku sama kamu.
Jangan pernah berpikir seolah-olah nggak ada yang peduli sama kamu. Padahal di sini aku itu peduli dan sayang banget sama kamu.
Peluk jauh dari aku. Semoga nanti berjalan dengan lancar, yah, Sayang. Kapan syuting buat single JK Group-nya?
Eh, aku boleh ikut nonton, kan, tapi?"
Usia berpacaran Brian dan Helen memang belum ada setahun. Jangankan setahun, enam bulan saja belum sampai. Akan tetapi, pasangan ini seperti pasangan yang sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun berpacaran. Kadang ribut, kadang mesra. Ah, terkadang Brian dan Helen itu bagaikan pasangan suami-istri saja. Bahkan, terkadang mereka berdua sampai 'papi-mami'-an segala. Masih remaja, sudah sok sekali bersandiwara sebagai papa dan mama. Apa Brian dan Helen berpikir bahwa hubungan mereka kelak bisa mencapai tahap pelaminan?
Eh, omong-omong, apa inikah yang namanya love-hate relationship? Itu, hubungan kasih antara Brian dan Helen, yang terkadang ribut, terkadang adem ayem. Apakah apa yang terjadi di antara Brian dan Helen bisa dikatakan sebagai love-hate relationship? Yang persis seperti Slank katakan, "I miss you, but I hate you!"
Di dalam kamar, yang mana AC sudah menyala, Brian cengar-cengir membaca pesan WhatsApp dari Helen, pacarnya. Walau bukan perempuan Jepang, tak apa. Helen juga agak mirip dengan perempuan Jepang. Tak sedikit teman-teman Brian yang menyangka Helen itu mungkin berdarah Jepang. Banyak yang seperti itu pula. Belum lagi, di masa lalu, etnis Tionghoa, menurut kabar burung, lumayan akrab dengan orang-orang Jepang yang bermigrasi besar-besaran ke Indonesia. Maksud saya (selaku novelis "Tak Sambat"), saat masa pendudukan Jepang di Indonesia.