"Ayo,... Ayo,... Ayo,..." Seorang ibu yang mengenakan jilbab warna biru muda coba menyemangati para peserta lomba panjat pinang.
Sementara itu, mereka tidak sadar bahwa ada seorang figur publik (walau tidak terkenal amat) sedang berada di dalam mobil, yang mengamat-amati jalannya sederetan perlombaan untuk merayakan hari jadi negara di mana kedua tokoh utama kita yang keren ini dilahirkan.
Wah, memang siapa, sih, kedua tokoh utama "Tak Sambat"? Pak Andi dan Arik, kan? Di sinopsisnya, kedua tokoh itu yang disebutkan di awal. Bab-bab awal "Tak Sambat" juga lebih terpusat ke mereka berdua, kan, Author?!
Sok tahu, deh. Yah, bukanlah. Kedua tokoh utamanya adalah Arik dan Stella. Alias, yang dengan nama lengkapnya, Arik Sutiawan dan Mariana Grace Stella. Sesungguhnya, novel "Tak Sambat" terpusat di dua tokoh utama tersebut.
Makanya, yang sedang mengamati jalannya acara 17-an yang berlangsung di sebuah kampung yang berada di Bekasi, orang itu adalah Stella. Stella minta ditemani oleh Jason, adiknya, agar bisa menonton perlombaan 17-an.
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka
Stella ikut menyanyikan lagu wajib itu di dalam mobil sedan berwarna biru yang agak gelap. Jason terkekeh-kekeh menyaksikan kelakuan kakak sulungnya. Dari arah radio mobil tersebut, betapa kontrasnya dengan apa yang terjadi di luar mobil sedan. Yang diperdengarkan itu malah salah satu lagu dari K-pop idol.
"Ci Stella ada-ada aja," Jason menggeleng-gelengkan kepala, yang masih tergelak. "Turun aja, Ci, kalau mau lihat lebih deket. Kan, lebih enak kalau nonton lombanya dari jarak deket."