"Hello, Baby, how's your day?
Aku tetap hanya mau bilang terima kasih ke kamu karna sudah hebat, yang bisa bertahan sejauh ini. Aku tahu itu semuanya tidak mudah. Kamu keren, bisa melewati semuanya. Sekarang, lebih baik kamu istirahat, biar besok segar lagi badannya. Besok masih ada kegiatan lagi, kan?
Ingat yah, kapanpun itu, kamu bisa menjadikan aku tempat cerita. Jadikanlah aku tempat keluh kesah kamu setelah lelah beraktivitas seharian. Jangan sungkan untuk cerita ke aku. I'm always here for you."
Baru saja pulang dari seharian menemani ayahnya (yang masih mengurus rumah makan soto tersebut), Arik merasakan lelah yang luar biasa. Tanpa mandi terlebih dahulu, Arik main masuk ke dalam kamar. Sebelum benar-benar menutup mata, Arik menyempatkan diri untuk menyentuh gawai. Sejenak mengecek surat elektronik. Dugaan Arik benar. Ada pesan dari kekasihnya, Stella. Tampaknya pesan dari Stella baru saja masuk. Pesan itu masuk ke kotak masuk di pukul 22:12. Hanya selang 4-5 menit sesudah Arik masuk ke dalam kamar.
Ah, yang tadinya Arik sudah benar-benar remuk (yang ingin segera terlelap saja), semangat Arik langsung naik setelah membaca pesan digital dari Stella. Arik nyengir membacanya.
Balas Arik, "Thank you, Baby. Aku baru saja pulang dari menemani Papa. Biasalah, urusan karo rumah makan soto itu. Banyak yang harus diurus. Beneran capek banget, aku, Baby. Baca e-mail dari kamu, aku kembali semangat lagi. Kamu sendiri gimana kabarnya? Sibuk syuting apa lagi? Kamu juga, yang semangat. Langsung cuci kaki dan bergegas tidur. Kita temu kangen di dunia mimpi, yah, Baby."
Setelah mengetikkan beberapa kata untuk dikirimkan ke surat elektronik Stella, tanpa basa-basi lagi, Arik langsung loncat ke atas tempat tidur. Sembari tengkurap, Arik mulai memejamkan mata. Kali ini, ada dering pun, bodoh amat. Arik sangat lelah dan butuh segera tidur. Bahkan tokoh utama novel "Tak Sambat" ini tak peduli saat ponselnya kembali berdering. Jika itu dari Stella, besok pagi, setelah bangun pagi, Arik akan segera meminta maaf.
*****
Bersamaan dengan Stella mengirimkan pesan ke surat elektronik Arik, Iyus--yang masih di warnet--berakrobatik dengan kata-kata. Kali ini, Iyus sok menjadi seorang pujangga dengan menuliskan sesuatu yang agak lebih berat dari biasanya di blog pribadinya.
"Aku tahu bentala dan bumantara adalah fatamorgana, namun bisakah kita menjadi jatukrama dengan karsa tanpa lara?
'Ku ingin pula, aku dan kamu makin menikmati harsa di bawah luasnya bumantara dengan desiran pawana sagara, pun seraya menunggu hadirnya jatukrama. Atau, kamu malah lebih ingin menikmati sandikala nan dikara, itukah kehendak kamu?