Bang Raja masih duduk di salah satu bangku yang berada di halaman luar Pitu Welas tersebut. Ia masih sibuk dengan ponselnya. Masih saja belum diangkat oleh Grace Marpaung, perempuan yang dikenalkan oleh pamannya Bang Raja.
Kedua mata Bang Raja memelototi layar ponsel. Ia benar-benar panas melihat foto profil WhatsApp Grace. Beragam pikiran aneh tentang Grace menguasai pikiran Bang Raja. Perempuan berdarah Batak--yang berambut panjang--tersebut sungguh membuat Bang Raja kesal sekesal-kesalnya. Memang sesibuk apa si perempuan bernama Grace Marpaung itu, yang sampai tidak bisa mengangkat telepon dari Bang Raja? Padahal Bang Raja ingin memberitahukan sesuatu kepada Grace. Lima buah SMS Grace pun belum dibalas.
Bang Raja meminum minuman berion tersebut. Ia menarik napas yang cukup panjang. Ujarnya penuh emosi (yang benar-benar memperlihatkan sisi Batak yang dimiliki Bang Raja sejak lahir), "Apa pula ini perempuan macem Grace ini? SMS tak kau balas. Telepon dari aku, tak kau angkat. Penting ini. Kali ini, please, lah, Bodat, angkat telepon dari aku."
Kembali Bang Raja menelepon Grace lagi. Tuts demi tuts terdengar agak nyaring. Beberapa pengunjung minimarket itu akhirnya memperhatikan Bang Raja. Sekali lagi, hanya terdengar nada dering. Belum diangkat oleh Grace.
Sebetulnya ada sebuah perjanjian antara Grace dan Bang Raja. Mungkin Bang Raja atau apa, entahlah. Perjanjian itu berbunyi sebagai berikut, di mana Bang Raja dan Grace sepakat untuk mengakhiri hubungan; serta, tidak diperbolehkan untuk menghubungi satu sama lain. Itulah kenapa Grace sama sekali tidak pernah membalas atau mengangkat telepon dari Bang Raja.
Kalau dilihat-lihat juga, mungkin Grace ini tipe perempuan yang cukup low profile. Seharusnya Grace blokir saja nomor Bang Raja tersebut. Nyatanya Grace masih menyimpan nomor Bang Raja. Bang Raja masih bisa menghubungi Grace melalui aplikasi WhatsApp. Atau, apa jangan-jangan Grace menyimpan perasaan spesial ke Bang Raja?
Aneh, kan? Namun, yang namanya perempuan memang seperti itu. Terkadang makhluk bernama perempuan itu susah ditebak. Bukankah ada yang berkata, 'laki-laki dari Mars, perempuan dari Venus'? Antara laki-laki dan perempuan, sepertinya keduanya berasal dari dua galaksi yang berbeda.
Bang Raja sekali lagi coba menghubungi Grace. Lagi-lagi masih belum diangkat. Yang sekonyong-konyong Bang Raja tersentak karena menyadari sesuatu. Ia mulai membakar rokok yang lima belas menit lalu dibeli. Sembari mengisap rokok berasa menthol tersebut, Bang Raja mengamat-amati foto profil Grace.
"Apa dia ini beneran suka sama aku?" tanya Bang Raja yang mulai menganalisis keadaannya. "Aku bingung saja, dan aku baru sadar juga. Iya, yah, aku sudah bikin janji ke perempuan ini buat nggak hubungi dia lagi. Tapi, kenapa dia nggak blokir kontak WhatsApp aku?"
Bang Raja mengernyitkan dahi. Ia terus mengamat-amati kontak WhatsApp Grace. Di saat seperti itu, karyawan minimarket tadi main duduk di dekat Bang Raja.
"Lagi ngegalau, Bang?" tanya Yoga yang menyodorkan Bang Raja bento berisi nasi campur karaage (ayam goreng dalam bahasa Jepang). "Buat elo, Bang. Gue traktir."
Bang Raja tertawa terkekeh-kekeh. "Apa pula kau traktir-traktir aku? SKSD, kali, kau. Tapi, aku nggak nolak kalau dibayarin."
Yoga nyengir. "Tadi dance Abang keren."
"Makasih." Bang Raja mulai membuka bento yang diberikan ke dia. "Ini, makasih banyak, yah."
"Mangga, mangga, emang buat Abang. Lagi pengin akrab sama salah seorang pengunjung Seven-Eleven ini. Lagian, kita kan tadi divideoin sama si anak SMP tadi. Nggak apa-apa, kali, Bang, mengakrabkan diri. Oh iya, boleh minta nomor hape? Ini nomor hape saya?"
Baik Bang Raja maupun Yoga, mereka saling tukar-tukaran nomor ponsel.