Iyus marah-marah. Akun Arik diblokir. Iyus diam-diam, dan tanpa sepengetahuan Arik, mengghibahkan Arik dengan teman-teman bloger. Arik sukses menjadi seleblog karena ulah kurang terpuji Iyus. Berhari-hari kemudian, Iyus meminta maaf. Arik memaafkan. Arik dan Iyus kembali berteman di Facebook. Lalu, Arik tak berani lagi untuk mengajak Iyus kopi darat. Bagi Arik, ada gunanya pula memiliki teman Facebook hingga angka 3000 (yang bahkan Aliando Syarief kalah pamor). Salah satu gunanya adalah hiburan gratis. Di kala Arik gundah, setiap postingan teman-teman daringnya sukses mengembalikan suasana hatinya ke titik terang. Tak jauh berbeda dengan apa yang sudah dilakukan pria tua berkacamata nan berkumis, yang memiliki acara televisi bernama Dario Tabah The Show tersebut.
Si sopir taksi yang orang Batak cekikikan melihat Arik yang berbicara sendiri, "Iyus, Iyus, tak pikir sampeyan pekok, metu sampeyan pinter sama wicaksana koyo Pak Dario Tabah iku."
Sebuah kilas balik kembali muncul di otak Arik. Arik mendadak teringat pertengkaran konyol antara dirinya dan Iyus, salah seorang teman blogernya.
Arik tergelak di dekat diorama kelahiran Yesus. Oh, diorama itu pun tidak lucu sebetulnya. Umat gereja itu tak berniat membuat sesuatu yang mengundang gelak tawa. Diorama itu dikreasi seperti itu agar para pengunjung gereja tersebut makin menghayati makna Natal yang sesungguhnya. Bukankah merayakan Natal sembari memperhatikan diorama kelahiran Yesus itu akan membuat dada bergetar-getar?
Sebuah saung yang amat sederhana. Saung kecil itu mungkin dibuat dengan menggunakan bahan kayu triplek yang tersedia di toko bangunan. Yang selanjutnya dicat secara hati-hati agar menunjukkan kesan bahwa itu adalah replika dari palungan di mana Yesus dibaringkan setelah lahir. Lalu, ada beberapa patung domba yang,--astaga, sungguh mirip domba yang sebenarnya. Umat gereja ini benar-benar kreatif.
Stella menghampiri Arik yang masih mengamati diorama tersebut. Hari ini Stella cantik sekali. Perempuan model itu mengenakan gaun berwarna biru muda. Tidak biru muda sebetulnya. Lebih tepatnya, warna gaun itu akan mengingatkan kita dengan birunya langit.
Arik terpana, "Sek, sek, Stella, wis tok, sampeyan pancen ayu!"
"Hahaha. Bisa aja, kamu. Eh, tadi ngapain ketawa-ketawa sendiri?"
"Orapopo. Aku mung keinget kejadian dulu-dulu. Plus, kaget maning, si Iyus iku beneran adik sepupu kamu. Dunia iku kroso sempit wae."
"Hahaha, bisa, bisa. Eh, anyway, dioramanya bagus, yah, Baby."
Arik mengangguk.
"Aku tuh kalau lihat yang begini, yang nggak harus soal kelahiran Tuhan Yesus, suka merasa nggak boleh tinggi hati. Harus selalu ingat, di atas langit, masih ada langit lagi."
"Setubuh!"
"Mulai, deh, mesumnya kumat."
"Ngeguyon dikit, bolehlah, Baby. Maksute aku, setuju."
"Itulah kenapa aku selalu merasa nyaman sama kamu. Aku senang banget Tuhan sudah memilihkan kamu sebagai pacar aku."
Arik tak menjawab. Ia hanya sedikit menundukkan kepala dan memerah kedua pipinya.
Stella lalu menyikut Arik pelan. "Eh, selfie, yuk. Aku bawa tongsis-nya di dalam tasku."
"Tetep, yah, narsisnya kamu ndak ada habis-habisnya. Ndak kuat aku. Hahaha."