Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #65

Oppung itu Bilang, Pacaran Sajalah!

7 Desember 2014. Sudah memasuki masa Advent kedua. Dua minggu lagi akan memasuki hari di mana umat Kristiani merayakan hari kelahiran Yesus Kristus atau Isa Almasih.

Sebetulnya Raja agak keberatan untuk beribadah minggu. Ada beberapa pergumulan yang menyebabkan Raja enggan mendatangi gereja. Ia pun sedang menghindari pamannya tersebut. Amangboru Ronald sering beribadah di gereja yang sama dengan keluarga kandung Raja. Raja juga bingung nanti pamannya itu ikut ibadah yang mana (yang pagi atau yang sore?). Daripada terjebak dalam pilihan yang salah, lalu menyesalinya, lebih baik Raja absen dulu beribadah minggu.

Pada akhirnya, dengan desakan terus menerus dari ibunya, Raja pergi juga ke gereja. Sebetulnya ia bisa pergi ke gereja lain (demi menghindari Amangboru Ronald), tapi, sudahlah, gereja ini saja yang ia datangi. Lebih dekat dari rumahnya. Belum lagi, ia tak perlu merasa asing sendiri. Untungnya, ah, Tuhan sungguh berpihak kepada dirinya rupanya. Tak ia temukan Amangboru Ronald hingga waktunya pendeta berkhotbah. Yang memimpin khotbah adalah pendeta kenalan almarhum ayahnya Raja, yaitu Pak Arnold Sembiring.

(Dikarenakan takut mendapatkan protes sana-sini dari para pembaca "Tak Sambat", yang di bawah ini seharusnya dituliskan dalam bahasa Batak, maka akan langsung diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia)

"Selamat pagi, saudara-saudara jemaat sekalian. Saya bersyukur karena pada hari ini diberikan kesempatan urnuk berkhotbah di atas mimbar ini. Sebelumnya seperti yang kalian ketahui, ada pelayanan di daerah Riau. Halo, saudara-saudara, bagaimana kabar kalian semua, Amang, Inang, dan Naposo semua?" sapa Pak Arnold Sembiring memulai khotbah yang kemungkinan akan berlangsung selama hampir satu jam.

"Lama juga saya tidak berada di atas mimbar ini. Lupa saya kapan terakhir berdiri di hadapan Amang, Inang, dan Naposo semua. Hahaha. Puji Tuhan, kalau semuanya baik-baik saja. Senang bisa bertemu dengan saudara-saudara semua. Malah kita bisa saling bertemu di hari Advent kedua ini. Sebentar lagi Natal, Amang, Inang, dan Naposo semua. Sudah siap, yah, menyambut hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus?

Tapi, jangan pernah berpikir Natal itu tentang baju baru. Justru hati kita yang harus diperbaharui dalam kasih Kristus. Ada amin, saudara-saudara?"

Jemaat gereja itu tergelak. Menyusul Pak Arnold Sembiring yang ikut tertawa.

"Sedikit humor, biar tidak tegang terus. Saya tahu hidup sudah berat. Buatlah dulu tertawa sebelum memberikan kabar baik Tuhan, yang saya rasa agak berat dicerna. Hahaha."

Jemaat tergelak lagi.

"Langsung masuk saja ke tema khotbah gereja ini, yaitu Tuhan membukakan jalan untuk mereka yang gagal. Ada yang sedang merasa gagal di sini? Karena firman Tuhan kali ini untuk kalian.

Kita semua pernah gagal. Walau demikian, patut diingat pula, bisa berada di ruangan ibadah ini saja, itu sudah suatu anugerah Tuhan. Jadi, bagi jemaat di sini yang sedang merasa gagal, jangan larut dalam kesedihan. Ingatlah kata-kata saya, Pendeta Arnold Sembiring, Tuhan masih memberikan jalan untuk kalian. Jalan masih terbuka. Untuk yang baru merintis, jangan takut juga untuk gagal. Apalagi ada yang bilang kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Apa? Kalau gagal terus? Yah, berarti suksesnya ditunda lagi. Terus coba, coba, dan coba. Pasti nanti sukses juga. Ingat kata-kata Pendeta Arnold Sembiring, kalau sedang down, Tuhan selalu menyediakan dan membukakan jalan.

Kita buka dulu perikop khotbah untuk minggu Advent kedua kali ini. Diambil dari Mazmur pasal 37 ayat 21 hingga ayat 26. Berikut saya baca ayat yang ganjil. Jemaat sekalian baca ayat yang genap."

Raja segera mengambil Alkitab yang tersedia di dekatnya. Ia lupa membawa Alkitab sendiri dari rumah. Kelihatannya ia agak kerepotan untuk mencari kitab Mazmur. Pendeta dan jemaat-jemaat lainnya sudah mulai mendiktekan pembacaan ayat demi ayat, eh, Raja masih mencari-cari ayatnya.

"Mazmur adanya di Perjanjian Lama, kali."

Lihat selengkapnya