DUAR!
DUAR!
DUAR!
Iyus menghentikan aksi menonton beberapa video YouTube. Ia bergegas keluar dari warnet. Demi mengetahui apa yang terjadi.
Ternyata ada beberapa orang yang menembakkan kembang api ke arah langit. Jam masih di bawah pukul 18:00. Sudah ada saja yang membuat langit lebih semarak, walau sedikit gaduh.
"Bagus banget, yah, Bang?!" tutur seorang bocah yang dari tadi asyik bermain permainan digital berbasis daring.
Iyus hanya mengangguk. Pandangannya beralih ke arah langit sore. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Warna senja yang bercampur dengan kelap-kelip bunga-bunga api warna-warni. Untuk kali pertama, ia merasa bersyukur Tuhan masih terus memperpanjang nyawanya satu tahun demi satu tahun.
Sayangnya kebahagiaan nan kekaguman itu hanya sementara. Langit sepertinya mulai kecewa. Ia mulai menurunkan butir-butir air matanya. Gerimis.
"Yah, pake hujan lagi," gerutu bocah yang tadi menegur Iyus.
Jangankan Iyus, bocah itu--serta bocah-bocah lainnya--masuk lagi ke dalam warnet. Sementara itu, yang menembakkan kembang api ke arah langit, tadi Iyus sempat melihat orang-orang itu masuk ke dalam kedai kopi yang lumayan laris di sekitar warnet. Saking larisnya, Koh Hendry selalu mampir untuk coffee time di kedai kopi tersebut.
Iyus lalu terdiam di depan komputer operator. Terkadang pandangannya ke arah pengunjung-pengunjung warnet. Hari ini, rabu, 31 Desember 2014, warnet Koh Hendry tak biasanya begitu dipadati pengunjung. Tak ada komputer yang tersisa untuk digunakan. Rata-rata penggunanya adalah anak-anak yang masih bersekolah di SD dan SMP. Iyus sudah terbiasa mendengar anak-anak ini berkata-kata kasar.
"Woy, bego, bukannya back up gue."
"Tolol, bisa nembak kagak?"
"Lu pada ngerti fungsi tank nggak sih? Kok musuhnya dibiarin gitu aja?"
"Gantian, dong. Kali ini giliran gue yang make PC 12."
"Ganti dulu sih duit gue. Kan kemarin lu minjem buat beli voucher PB."