"Bagi kalian yang masih sendiri, mungkin tahun ini kalian akan segera melepaskan status lajang. Diam-diam ada seseorang yang cukup intensif mengamati aktivitas kalian. Bisa jadi orang itu selama ini sesorang yang sebetulnya dekat dengan kalian, tapi sering kalian abaikan keberadaannya. Coba, deh, kalian kontak satu persatu teman-teman lama kalian. Mungkin saja si pemuja rahasia ini jodoh kalian."
"Wah, kira-kira siapa, yah?" terka Iyus yang mulai ngawur. "Apa orangnya Tania, member JK Group itu? Eh, sama Riska Zain juga nggak apa-apa."
Peribahasa itu sekali lagi terwujud dalam keseharian Iyus. Itu yang 'pucuk dicinta, ulam pun tiba'. Bukan, Iyus tidak bertemu dengan Riska Zai , yang sekolahnya pernah Iyus datangi langsung. Saking mengidolakan salah satu pemeran dalam "Cenat-Cenut Mikirin Kamu", Iyus rela menempuh jarak berkilo-kilometer demi bisa menemui artis idolanya dari Jakarta hingga Tangerang. Sudah absen pula mengikuti misa minggu demi mencari tahu keberadaan Riska Zain tersebut.
Sembari menikmati Vanilla Tiramisu-nya, Iyus terkenang momen-momen indah tersebut. Iyus akui masa SMA-nya di sekolah kejuruan itu kurang menyenangkan. Ia lebih sering menjadi hantu di pojok kelas--yang dalam arti sering diabaikan teman-teman satu sekolah. Makanya, ia ciptakan sendiri banyak momen agar masa SMA-nya tidak berlangsung sia-sia.
***
Saat itu, Iyus pergi ke SMAN 7 Tangerang bersama sahabat beda usianya, Bang Raja Panjaitan. Naik skuter Bang Raja, dong. Memang tidak keren sekali, pergi berkilo-kilo dengan skuter yang sepertinya peninggalan zaman penjajahan Belanda. Namun, justru di situ letak sensasinya. Sepertinya tak kuat skuter itu diajak pergi hingga jarak di atas dua kilometer. Beberapa kali Iyus dan Bang Raja harus mampir ke bengkel atau mencari pom bensin mini.
Pernah di suatu bengkel, Iyus dan Bang Raja harus meminta seorang pemilik bengkel (yang orang Batak juga) untuk mereparasi skuter yang ternyata memiliki masalah di busi.
"Jauh kali, kalian mainnya?" ujar Pak Malau, menggeleng-gelengkan kepala. "Dari Jakarta hingga Tangerang, cuma buat ketemu Eriska Rein? Amango amang! Buat apa?"
"Biarlah, Amang." ucap Bang Raja nyengir, lalu menepuk punggung Iyus.
Iyus sedikit meringis dan nyengir pula.
"Gejolak masa remaja, Amang. Kalau nggak dituruti, macam orang hamil." ucap Bang Raja tertawa terbahak-bahak.
Pak Malau ikut tertawa pula.