"Ini kayaknya cewek SMA biasa, deh. Mal-mal di Jakarta kan biasanya suka didatengin cewek-cewek SMA."
"Nggak mirip si Tania itu."
"Kayaknya gue tahu dari siapa fotonya ini. Bang Ivan, ini dari Bang Iyus, kan? Suka lebay dia, mah."
"Fiks, gue lihat-lihat ini bukan Tania, yah, Guys. Tania yang asli, masih lebih cantik. Saking cantiknya, dari belakang aja, tetap kelihatan cantik."
"Kayaknya emang dari si Iyus. Woy, Iyus, komenlah. Kasih klarifikasi ke kita semua, Tania atau bukan."
"Eh, tapi bisa jadi ini beneran Tania, temen-temen. Aku kok lihatnya beneren Tania. Ransel kecil yang dipegang si cewek mirip kayak ranselnya Tania. Abang aku kan punya teman yang kerja di 7 Televizione. Teman abangku itu bilang Tania demen pakai ransel kayak gini, waktu acara Anti Group-Group Club itu."
"Itu mah di Forum Jual-Beli Kaskus, banyak dijual. Pembantu gue yang di rumah, tasnya gitu juga. Nggak mutlak yang make cuma Tania."
Selanjutnya, masih banyak komentar lainnya. Terus bertambah dan tidak ada niat untuk menghapus komentar yang masuk lewat jalur menghapusnya.
Oke, lupakan sederetan komentar kurang menyenangkan yang berjumlah lebih banyak di post Facebook tersebut. Masih jam tujuh pagi, ia sudah bergegas ke warnetnya Koh Hendrik. Iyus terkekeh-kekeh melihat kondisi warnet di jam tujuh pagi. Sudah ada beberapa orang yang berada di dalamnya. Namun, ke mana perginya si operator?
Iyus memilih untuk membakar sebatang rokok. Ia tahu ke mana harus mencari si operator. Wawan ini tak jauh berbeda dari Bang Raja. Main meninggalkan warnet, walau hanya pergi tak begitu jauh dari warnet. Kalau ketahuan Koh Hendrik, bagaimana?
Benar saja. Wawan sedang asyik makan nasi uduk di warung dekat warnet. Wawan terkekeh-kekeh melihat kedatangan Iyus.
"Alhamdulillah, masih bisa ketemu lu pagi ini, Yus," ujar Wawan, mengunyah nasi uduk. Hampir saja apa yang ia makan, muncrat begitu saja.
"Lu sama aja kayak Bang Raja, Bang." ucap Iyus yang melemparkan rokok itu ke tanah, lalu menginjaknya.
"Sama pegimane?"
"Yah, main tinggalin warnet gitu aja. Kalau ketahuan Koh Hendrik gimana?"
"Masih lamaan si Raja, Yus. Gue mah nggak lama-lama. Dan, keluar bentaran kalau ada perlunya. Kayak cari makan atau buat beli rokok." dalih Wawan yang meminum teh tawar.
Di warnet milik Koh Hendrik, tidak menjual rokok. Jika mau merokok, harap merokok di luar warnet. Jika rokok habis dan masih mau merokok, ada pasar rawit yang tak jauh dari warnet.
Iyus tertawa. "Bu, pesen juga. Pake telur, yah. Sambelnya banyakin."
Ibu penjual nasi uduk segera membuatkan pesanan Iyus. Iyus lalu duduk di samping Wawan.