Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #87

Namanya juga Orang sedang Jatuh Cinta

"Kenapa lu?" tanya Wawan nyengir, menyenggol bahu Iyus. Wawan langsung mengapit helm di salah satu ketiaknya.

Rona wajah Iyus makin memerah. Ia makin mengumbar senyuman najis tak keruan.

"Roman-romannya lu lagi jatuh cinta. Lagi naksir dikau?" tanya Wawan yang makin curiga saat Iyus tidak merinding saat ia menggunakan kata sapaan daku dan dikau lagi. Iyus malah mengambil sebotol minuman mineral dari dalam kulkas, lalu kembali duduk di bangku operator berwarna biru muda.

Karena tak digubris, Wawan merangkul Iyus dan mengacak-acak rambut juniornya yang tahun lalu baru saja lulus SMA. Ujar Wawan nyengir jahil, "Cerita dulu sama abang lu ini. Ada apa? Gue nggak bakal pergi, kalau lu nggak mau ngomong."

"Apaan sih, Bang?" ucap Iyus agak keberatan. Ia terlihat sibuk membuka Facebook melalui peramban Firefox. Sejak dulu, Iyus lebih suka menggunakan Firefox daripada Chrome. "Pergi lu, sana. Huss, huss,"

"Lu kata gue kucing, hahaha." Wawan masih menggoda Iyus. "Set dah, tumben-tumbenan lu buka Facebook dari komputer warnet. Biasanya kan lu lebih sering nonton idol group kesukaan lu. Jeke-jeke itu. Yang 'I miss you, kiss bye you'."

"Resek lu lama-lama." sembur Iyus menekuk bibir.

Terkadang Iyus suka aneh sendiri. Entah apa maksudnya ia malah membiarkan layar monitor dilihat oleh Wawan. Gerak-gerik Iyus sepertinya menunjukkan bahwa ia tidak suka diusik privasinya. Nyatanya, di saat-saat tertentu, entah apa yang terjadi, Iyus justru melakukan pembiaran. Wawan dibiarkan untuk mengetahui isi akun Facebook miliknya.

Wawan memicingkan kedua mata. "Ini siapa, Yus? Bening amat. Lu nggak naksir, kan?"

"Anj*ng!" umpat Iyus. "Lu masih di sini, Bang? Sanalah!"

"Jawab dulu, cewek ini siapa?" desak Wawan yang langsung duduk di dekat Iyus. "Cewek yang namanya Rebeka Tania Julia Mandagi itu siapa? Lu naksir?"

"Cuma temen." Iyus memang berkata hanya teman, tapi ada yang terasa berbeda dengan intonasi saat mengucapkannya.

"Temen apa demen, nih?" desak Wawan agar Iyus mengutarakan kejujurannya. "Ceritalah sama abang lu ini. Abang lu ini siap untuk mendengarkan."

"Lagi nggak mood buat cerita, gue." keluh Iyus, tapi ronanya berkata lain.

"Yah, udahlah. Gue juga nggak bisa paksa orang buat cerita. Saran gue cuma satu. Kejarlah cinta dikau itu. Tidak ada yang mustahil selama kita menunjukkan kegigihan kita. Yang penting kita percaya diri." tutur Wawan panjang lebar.

Iyus agak mulas dan terganggu dengan celotehan Wawan tersebut. "Asem lu, Bang. Gue juga nggak sejelek itu, Bang."

Lihat selengkapnya