Iyus memarkirkan sepeda motornya di tempat yang sudah ditunjuk oleh petugas parkir. Masih jam 07.15. Memang sengaja datang cepat dari jadwal. Seharusnya ia datang di jam sembilan tepat. Namun Wawan yang meminta untuk datang lebih cepat.
"Bini gue sakit." Begitulah alasan Wawan agar Iyus mau tiba lebih cepat. "Nanti gue ganti shift lu yang gue pinjam."
"Tumben, Yus, datangnya pagian." ujar petugas parkir, yang Iyus lupa melulu namanya. Sering tertukar dengan petugas parkir di malam hari.
"He'eh, Bang. Teman minta tukeran shift." jawab Iyus tersenyum. "Eh, apaan, tuh?"
Iyus menunjuk ke arah sederetan tenda. Di bawah deretan tenda tersebut, ada meja-meja. Di atas meja-mejanya, terpampang kotak-kotak yang kita sudah tahu isinya. Isi kotak-kotak itu sangat berkaitan dengan sirkuit balap yang berada di atas tanah beraspal yang dilapisi oleh karpet berwarna biru agak tua. Ada pula beberapa orang yang mungkin pihak penyelenggara.
"Buat nanti sore, Yus," kata si petugas parkir. "Acara perlombaan tamiya gitu. Masih demen tamiya kagak lu?"
Iyya berdecak dan masih menatap deretan tenda tersebut. "Emang masih ada yang masih main tamiya?"
"Ada, ada aja, lah. Di kampung gue, yah diadain aja. Tapi lebih sering yang gedean dikit yang masih main tamiya." Sedikit cerita si petugas parkir yang ikut menatap deretan tenda yang sama.
"Samperin, ah." kata Iyus yang bergegas menuju sederetan tenda tersebut.
"Mau lihat tamiya-nya? Atau, pengin lihat mbak-mbak SPG-nya?" sindir si petugas parkir, yang bersiul-siul.
"Yah, tamiya-nya, Bang. Gue bukan Bang Raja juga." seru Iyus dari jarak yang agak jauh.
"Eh, si Raja ke mana, sih? Udah jarang lihat dia sekarang. Ada yang bilang dia udah nikah, betul kagak?" seru balik si petugas parkir.