"Halo, mentemen semua, udah pada siap, kan, mainin tamiya-nya masing-masing. Duh, kece banget sih tamiya-tamiya kalian. Jadi, pengin punya satu, deh. Nanti Tania pinjem, boleh dong satu tamiya kalian. Tania kan pengin coba main tamiya juga."
Iyus masih saja terbayang kata-kata Becky alias Tania di acara tamiya tempo lalu. Peristiwanya sudah lama terjadi. Yang terjadi di saat Iyus dan Becky masih kecil. Iyus membayangkan peristiwa tersebut sambil nyengir tak keruan. Tak terasa ia bahkan mendengar ada suara-suara aneh yang datang dari dalam raganya. Itu adalah suara jantungnya sendiri.
Seorang bocah mencolek lengan Iyus. Iyus tersentak dan mendapati bocah itu sepertinya sedang menertawakan dirinya. Kata Iyus rada kesal, "Ada apa, Tong?"
"Cengar-cengir nggak jelas gitu, bikin wajah jelek lu makin kelihatan, Bang." ucap si bocah terkekeh-kekeh.
"Asem lu, Tong. Masih SD, bisaan aja nyela yang udah gede. Kualat lu sama yang lebih tua." ujar Iyus mendengus. "Lagian ada apaan ke mari? Mau perpanjang billing?"
"Nambah dua jam, Bang Iyus. Nih, duitnya." Si bocah menyerahkan selembar uang Rp 50.000 ke Iyus.
Iyus memegang uang lima puluh ribu. Lalu ia benar-benar mempraktikkan anjuran pemerintah dalam mewaspadai peredaran uang palsu. Uang itu dilihat baik-baik. Setelah yakin, bocah ini memberikan uang asli dan bukan uang monopoli, Iyus meraba-raba permukaan uang tersebut. Tercium bau kuah bakso yang menusuk-nusuk hidung Iyus.
"Bau apaan ini? Kuah bakso?" tanya Iyus mengernyitkan dahi. "Lu nyendok bakso pakai duit gobanan, Tong? Pantas, udah lecek, bau kuah bakso pula."
Si bocah terkekeh-kekeh. "Bang, Becky itu siapa? T'rus Tania itu siapa? Bukan Tania, member JK48 itu, kan? Center di Kokoro no Posuto itu, Bang, yang aku maksud. Bukan yang itu?"
"Yang kalau senyum, muncul lesung pipit di wajahnya, kan?"
"Bisa jadi, bisa jadi, Bang."
"Yang lahir di Solo? Suka makan soto tapi micinnya dibanyakin?"
"Apaan sih, Bang? Kenapa malah main kuis Makan Gula?"