"Anak kita, Ma,"
Ayahnya Iyus merangkul ibunya. Baik ayah dan ibunya, mereka berdua duduk di atas sofa dekat meja komputer. Televisi sudah dinyalakan. Sedang tayang acara debat politik di kanal televisi khusus berita.
Ibunya menoleh sebentar untuk menengok Iyus yang masih berkutat dengan media sosial. Sang ibunda tersenyum dan berkata kepada suaminya, "Aku senang lihat perkembangannya, Pa."
Bagaikan mengerti maksud perkataan istrinya, ayahnya Iyus membalas, "Biasanya setiap malam minggu, menyendiri terus, yah, Ma. Semoga benar-benar jadian sama perempuan yang dikejarnya."
Ibunya Iyus mengangguk. "Dulu, aku kira dia itu nggak normal saking jarang lihat dia dekat sama perempuan. Tapi, puji Tuhan, doaku didengar Tuhan. Aku bahkan suka cemas sendiri andaikan beneran terjadi. Harus mau ngomong apa?"
"Untungnya, tidak terjadi. Aku dulu sempat mau kenalin Iyus perempuan, Ma. Dia anaknya temanku di kantor." kata ayahnya Iyus sembari mengecup pipi ibunya Iyus.
Iyus yang mendengar percakapan kedua orangtuanya hanya bisa berdeham-deham kecil. Tenggorokannya terasa gatal. Sampai-sampai ia harus meminum air putih yang tadi ia ambil dari dispenser. Ia pandangi sekilas kedua orangtuanya. Dalam hati, Iyus bergumam, jadi orangtua gue beranggapan gue itu...
Iyus lalu menggelengkan kepala dan kembali melanjutkan aktivitas berselancar di internet.
"Semangat, Yus, kejar si Becky itu. Papa sama Mama dukung. Nanti bisa kita usahakan agar kamu dan keluarga kita tidak terlalu memalukan di hadapan keluarga si Becky itu." seru ayahnya Iyus sembari mengepalkan tinju.
"Uang Papa sama Mama juga masih ada. Bahkan mungkin cukup untuk membiayai pernikahan kamu nanti. Kalau kurang, kamu masih ingat, Yus, ada sepupu jauh kamu yang artis itu?" timpal ibunya Iyus.
Wajah Iyus langsung memerah. Ia menggigit bibir bawah. Entah mengapa juga ia merasa menjadi sebuah tanggung jawab luar biasa besar nan berat usaha pedekate ke Becky ini. Padahal seharusnya ini menjadi bagian dari salah satu kehidupan pribadi Iyus. Bukannya malah menjadi bahan pembicaraan keluarga di ruang tengah rumah keluarga Kurniawan.
"Jangan malu-maluin, Yus, saran Mama. Dulu Papa kamu waktu dekati Mama, romantisnya. Mama ini idola di kampus Mama, Yus." ucap ibunya Iyus.