"Wah, makasih banyak yah, like-like-nya. Eh, ini Iyus yang di Teresa, yang dulu pernah mampir ke rumah, bukan? Soalnya yang aku ingat, ada teman SD aku main ke rumah. Anak laki-laki gitu. Panas-panas gitu, gowes-gowes sepeda ke rumah aku. Itu cuma buat nyampein selamat aja. Kan, aku dulu pernah menang acara kuis TV gitu. Apa kamu orang yang itu?"
Sembari duduk di bangku panjang yang berada di salah satu kampus swasta yang berada di kawasan Jakarta Selatan, Iyus mengutak-atik ponsel. Ia baca kembali pesan dari gebetannya (yang boleh dibilang gebetan abadi). Sembari pula, Iyus sesekali memperhatikan mahasiswa-mahasiswa yang melintas. Ia tersenyum memandangi aktivitas di salah satu taman yang berada di kampus tersebut.
Setelah berminggu-minggu sejak dinyatakan lulus sebagai pelajaran sekolah menengah atas, Iyus terus saja menolak ide untuk berkuliah. Padahal ibunya sering mendesak ia untuk mencoba beberapa tes masuk universitas. Namun, Iyus bersikukuh untuk tidak berkuliah demi mengejar impiannya menjadi seorang penulis papan atas seperti Raden Miko, Adit Susanto, atau Afif Genderuwo. Ia ingin fokus mulai merintis karier sebagai seorang penulis. Yang mana perjalanannya dimulai dari terus menerus mengirimkan naskah (yang kini tak kunjung direvisi) ke beberapa penerbit. Sesekali ia mengikuti acara-acara kepenulisan (yang sekarang mulai kendor, karena keasyikan menjadi operator warnet).
"Makanya, kamu kuliah, Yus. Biar bisa ke Kanada, t'rus ketemu sama gebetan kamu itu."
Beberapa hari lalu, ibunya berkata seperti itu. Iyus cukup tersinggung. Namun, itu hanya sementara. Lama merenung sembari memperhatikan isi akun Facebook, ia mulai tebersit untuk mengikuti saran ibunya. Yang menjadi faktor utama berubahnya pikiran seorang Iyus Kurniawan adalah seorang perempuan bernama Rebeka Tania Julia Mandagi, cinta monyet pertamanya yang kini berada di Prancis.
Lalu Iyus mengingat kata-kata ibunya yang lain lagi.
"Yah, udah, kalau kamu naksir, dekati. Mama pasti dukung siapa calon pasangan kamu. Tapi, apa dia mau sama seorang operator warnet?"
Agak sarkastik, tapi jika dipikirkan berulang-ulang, kata-kata sarkastik ibunya itu ada benarnya. Lagi-lagi, faktor Becky yang akhirnya membuat Iyus membenarkan kata-kata sarkastik ibunya tersebut. Di halaman profil Facebook Becky, tertulis Becky adalah seorang mahasiswi. Tak sekadar mahasiswi, tapi mahasiswi seorang kampus yang berada di Prancis. Seketika itu, Iyus merasa rendah diri. Sebab ia hanya seorang lulusan SMA dengan pengalaman naskah ditolak sebuah penerbit major. Sungguh bukan rekam jejak yang kurang baik dalam hal mendekati lawan jenis.
Iyus tertawa sendiri di tengah-tengah puluhan mahasiswa-mahasiswi yang mondar-mandir di taman kampus. Untung saja ia sedang memegang ponsel. Orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar dirinya pasti akan mengira ia menertawakan satu postingan seseorang di media sosial. Lagipula sekarang ini bukankah sebagian aktivitas orang-orang berada di ranah daring?
Kemudian Iyus melihat lagi formulir pendaftaran mahasiswa yang baru saja ia ambil dari loket pendaftaran. Iyus mulai berencana untuk mengisi formulir. Namun, ia tunda lagi. Kedua matanya teralih ke ponsel dan mencari informasi tentang pembukaan prodi baru di universitas-universitas lainnya. Muncul lagi idenya untuk coba mendaftarkan diri di jurusan sastra. Iyus bercita-cita menjadi seorang penulis buku. Alangkah lebih bagusnya jika ia nanti berkuliah di fakultas Sastra. Sembari terus merevisi naskah yang ditolak tersebut, sembari Iyus terus mengembangkan kemampuan menulisnya. Siapa tahu juga ia berkesempatan bertemu dengan penulis-penulis top. Iyus baru sadar Raden Miko itu dulunya kuliah di fakultas Sastra Universitas Indonesia Kuning. Barangkali ketika berhasil diterima di fakultas Sastra Indonesia di kampus tersebut, Iyus bisa berjumpa dengan Raden Miko. Jujur saja, sejak masih SMP, Iyus sudah mengidolakan Raden Miko yang mendadak tenar karena buku catatan sehari-hari Raden Miko yang berjudul "Si Jantan Mbek" (yang diangkat dari kumpulan cerita sehari-hari Raden Miko yang ditulis di blog).
"Eh, kalau kuliah di jurusan Komunikasi, bisa kali?" muncul lagi ide lainnya Iyus setelah melihat situs sebuah kampus swasta yang tak jauh dari kampus yang ia datangi sekarang. "Sambil nulis buku, sambil belajar di jurusan Komunikasi. Si Weaboo itu pernah ngomong, banyak artis dulunya kuliah di Komunikasi. Rata-rata lapangan kerja lulusan Komunikasi itu stasiun tivi atau stasiun radio, kan. Syukur-syukur bisa punya kesempatan kerja di production house. Nggak sekadar nulis buku, bisa nulis script buat sinetron atau FTV. Kan, keren, ada FTV, ada nama Iyus Kurniawan di opening title-nya. Cadas!"
"Iyus," sapa seseorang yang sepertinya Iyus kenal. Kelihatannya Iyus kenal sekali. Apalagi seseorang itu memperdengarkan lagu JK Group yang Kokoro no Posuto.