Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #97

Di-follow Gebetan

Sudah jam 10.30 malam. Iyus belum kunjung tidur. Ia masih sibuk di kamar. Tampaknya ia sedang sibuk merakit tamiya. Dengan dipandu oleh seorang pengguna YouTube, ia coba menyusun Saber Magnum yang ia beli saat itu dari seorang satpam. Keringatnya bercucuran sekali, walau hanya merakit tamiya. Yang sedikit lagi selesai dirakit.

Tok, tok, tok.

Pintu kamar Iyus diketuk. Karena Iyus adalah anak tunggal, sudah pasti ia tahu siapa yang mengetuknya. Jika bukan ayahnya, pasti ibunya. Keluarga Iyus sudah lama tidak mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga. Terakhir ada pembantu rumah tangga, itu terjadi saat Iyus kelas 10 SMA. Adalah Mbak Rokhidah, yang sudah bekerja hampir sepuluh tahun di rumah Iyus, sejak Iyus masih sekolah dasar. Mbak Rokhidah berhenti bekerja karena perempuan asal Purbalingga itu akhirnya menemukan tambatan hatinya dan lebih memilih bekerja sebagai ibu rumah tangga sembari mengelola warung bersama calon suaminya di Purbalingga.

"Yus, sudah jam setengah sebelas, kamu belum tidur?" tanya ibunya dari balik kamar.

"Belum, Ma. Sebentar lagi. Aku lagi ada kerjaan sebentar." jawab Iyus sambil perhatiannya tertuju ke arah Saber Magnum. Sesekali ia menghela nafas.

"Kerjaan apa coba, kalau Mama boleh tahu? Kok ada suara begitu? Kamu lagi setel YouTube, Yus?" tanya ibunya sekali lagi. Kelihatannya ibunya cukup penasaran dengan aktivitas Iyus. Hal yang sangat wajar. Karena dirinya jarang sekali melihat Iyus begadang semalam suntuk. Kali terakhir ia melihat anak semata wayangnya begadang, itu terjadi tahun lalu. Sebelum ujian nasional.

"He'eh." Hanya itu yang Iyus katakan. Lalu, Iyus kembali merakit Saber Magnum. Hampir selesai. Iya, Saber Magnum itu hampir selesai dirakit setelah sempat beberapa kali mengalami kegagalan.

"Yah, sudah, jangan tidur malam-malam. Kamu harus jaga warnet juga, kan. Dan, tahu nggak, Yus?"

"Tahu apa, Ma?" tanya Iyus sambil berseru kencang. Perhatian Iyus masih tertuju ke arah tamiya.

"Mama senang banget akhirnya kamu mau dengerin Mama yang soal kuliah kamu itu. Kalau itu yang jadi cita-cita kamu yang pengin jadi penulis buku, Mama sama Papa dukung, kok. Tapi, bukannya lebih baik lagi, sekalian nulis buku, sekalian kuliah? Ilmunya bisa kamu pakai selama nulis buku."

Lihat selengkapnya