Begitu selesai urusannya di salah satu kampus swasta yang berada di kawasan Jakarta Barat, Iyus menyempatkan diri untuk mengunjungi mal yang berada tak jauh dari kampus tersebut. Ia kini berada di dalam toko buku. Ia langsung mendekati rak fiksi. Selain komik, rata-rata novel di sana tidak disegel. Sehingga Iyus bebas membaca-baca beberapa novel yang terpajang.
Hanya beberapa halaman yang Iyus baca dari novel-novel yang ia pilih secara acak. Iyus sudah menguasai satu ilmu khusus yang ia pelajari karena kebiasaannya menjelajahi internet. Tak sia-sia ia dulu sempat sangat eksis ranah bloger. Terbukti Iyus langsung mengerti empat novel yang baca dalam kurun waktu lima belas menit. Walaupun demikian, sebetulnya fokus utama Iyus bukan isi novelnya. Ia lebih tertuju ke arah apa yang tertulis di dua-tiga halaman terakhir dari novel-novel yang ia baca. Karena di sana ada informasi terkait cara mengirimkan naskah ke penerbit.
Bang Raja benar. Ada saja penerbit-penerbit yang mencantumkan syarat pengiriman naskah ke mereka. Menurut pengakuan Bang Raja, tak sedikit penerbit yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan calon penulis yang mau menerbitkan buku. Tak heran, ada penerbit yang rela mengeluarkan uang cukup banyak untuk membeli naskah-naskah dari negara-negara lain.
"Apa gue coba kirim naskah itu ke penerbit ini aja?" tanya Iyus yang baru saja membaca novel yang ditulis oleh seorang penulis berdarah Batak. Novelnya itu bergenre romance. Tokoh utamanya seorang artis wanita yang hobi bergonta-ganti pasangan sampai sering disindir oleh manager-nya yang seorang penyuka sesama jenis.
"Gue catet dulu aja syarat dan kontak penerbitnya." Iyus segera mengambil ponsel dan mencatatnya di aplikasi Notes.
Iyus lalu beralih ke arah novel-novel lainnya. Lagi-lagi, sama. Yang ia incar bukanlah isi novelnya, melainkan informasi setelah isi novel. Lagi-lagi pula, penerbit yang ini pun mencantumkan informasi tentang syarat terbit di penerbit tersebut. Iyus lalu mencatat.
Iyus mendesah dan berkata, "Semoga berjodoh sama novel yang ditolak itu. Jangan menyerah kalau ditolak. Coba lagi dan lagi."
Lalu Iyus mondar-mandir ke sisi lain dari toko buku tersebut. Hingga akhirnya, Iyus berdiri di rak yang mana di atasnya terpajang beberapa buah tamiya. Ada pula komik bertema tamiya, yang Iyus ingat komik ini memiliki versi animasi yang tayang di CTR. Ingat tamiya, entah mengapa Iyus teringat Becky. Terbayanglah momen di mana Becky menjadi pembawa acara "Tamiya Goes Around" yang pernah diputar di CTR.
Iyus ingat ia pernah menghadiri acara "Tamiya Goes Around" tersebut. Sebelum turnamen tamiya itu dimulai, Iyus sudah berada di lokasi kejadian, yang memang di sekolahnya. Terkadang memang menyenangkan memiliki teman artis. Apa keistimewaan yang dimiliki si teman artis, acapkali kita kecipratan. Termasuk juga Iyus. Iyus bahkan sempat melihat Becky didandani dan diarahkan cara berbicara di depan kamera.
"Ini teksnya, Tania, yang kamu harus baca di depan kamera. Kalau bisa, dalam sekali kesempatan. Jangan kelihatan lagi baca teks juga, yah, Tania."
"Tapi, nggak harus sama persis, kan, kata-katanya, Kak?"
"Improvisasi, maksudnya?"
"Iya, itu maksud aku."