Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #102

Iyus bersama Bang Raja Lagi

Sampai juga Iyus di kawasan kuliner yang berada di belakang gedung MPR. Lapo itu berada di bagian depan. Tak sulit untuk menemukan lapo milik keluarga Panjaitan tersebut. Selain berada di bagian depan kawasan kuliner, orangnya sendiri menghampiri Iyus.

Bang Raja menyalami Iyus dan tersenyum. "Udah lama nggak ketemu lu, Bro."

Iyus terkekeh-kekeh.

"Duduk dulu di dalam." ajak Bang Raja. "Eh, itu bawa apa? Apa yang ada di dalam kantung plastik?"

Iyus lagi-lagi hanya terkekeh-kekeh. Ia malu untuk mengatakan kepada sahabatnya, apalagi untuk mengutarakan niatnya bahwa ia ingin menawarkan tamiya kepada Bang Raja.

Bang Raja mengintip sekilas dan meledaklah tawanya. "Lu udah demen main tamiya ceritanya sekarang?"

Iyus mengikuti Bang Raja untuk duduk di salah satu bangku. Sementara Bang Raja main ambil tamiya dari dalam kantung plastik. Sepertinya Bang Raja cukup terkesima dengan tamiya rakitan Iyus.

Lapo milik keluarga Panjaitan itu tak terlalu ramai. Hanya ada beberapa pengunjung di dalam lapo. Tak sedikit bangku yang masih kosong. Terdengar suara lagu pop Batak, yang diputar oleh Kevin, adik sepupu Bang Raja, yang menghampiri Iyus juga.

"Oh iya, Iyus, kenalin, adik sepupu aku. Namanya Kevin. Ayahnya dia itu adiknya almarhum ayahku." kata Bang Raja memperkenalkan Kevin kepada Iyus. "Sepantaran kalian sebetulnya. Cuma bedanya dia ini dua tahun lebih tua dari kau, lah."

Iyus mendadak terpekur selama sekitar dua menit. Baru kali ini, ia mendengar Bang Raja berbicara dengan logat Batak. Selama ini, yang selama berhubungan--sebagai seorang kawan sesama pekerja warnet--dengan Bang Raja, cara bicara sahabat berdarah Batak-nya itu tak ubahnya dengan warga Jakarta lainnya. Lebih sering Iyus mendengar Bang Raja menggunakan kata sapaan lu-gue tanpa logat Batak. Iyus ingat ia pernah menyangka Bang Raja itu berasal dari suku Jawa.

Bang Raja terkekeh-kekeh. "Ngelamun aja lu. Lamunin apaan? Eh, gue lihat di Facebook, lu lagi naksir cewek?"

Iyus tersentak, mengernyitkan dahi, dan terkekeh-kekeh. Ia memperhatikan adik sepupu sedang asyik meraba-raba setiap bagian Audrey.

"Cakep, Yus, yang namanya Becky itu." ujar Bang Raja mengacungkan jempol. "Apa ada darah bulenya?"

Iyus menggeleng, nyengir. "Nggak tahu, deh. Tapi, doi dulu pernah tinggal di Kanada sebentar."

"Wuih, jauh kali mainnya sahabat kita ini. Udah panggil doi aja. Cinta mati sama dia ceritanya?" ledek Bang Raja sambil memukul bahu Iyus.

Iyus hanya nyengir.

Lihat selengkapnya