Acara "Tamiya Goes Around" itu diselenggarakan di sekolah Theresa. SD tersebut bekerjasama dengan CTR, sebuah stasiun televisi, dalam penyelenggaraan turnamen tamiya. Pesertanya tidak harus dari sekolah Theresa. Yang bukan murid dari SD Theresa pun diizinkan ikut.
Ramai juga acaranya. Sudah jam 08.30 pagi. Namun, sekolah itu sudah didatangi oleh khalayak ramai, yang entah datang dari mana saja. Sepertinya acaranya pun akan segera dimulai.
Seorang gadis cilik berambut panjang sebahu baru saja selesai dirias. Si gadis cilik mengenakan pakaian serba hitam. Ia mengenakan bando berwarna merah muda dan kini berdiri di hadapan seorang cameraman. Kamera itu belum dalam keadaan on. Sebelum mulai bercuap-cuap, gadis cilik itu harus mendengarkan pengarahan dari seorang perempuan dewasa.
"Ini teksnya, Tania, yang kamu harus baca di depan kamera. Kalau bisa, dalam sekali kesempatan. Jangan kelihatan lagi baca teks juga, yah, Tania." kata si perempuan dewasa yang agak gendut.
Gadis cilik bernama Tania itu mengangguk-angguk. "Tapi, nggak harus sama persis, kan, kata-katanya, Kak?"
"Improvisasi maksudnya?" tanya si perempuan dewasa.
Tania mengangguk. "Iya, itu maksud aku."
"Tapi, jangan terlalu beda banget sama yang tertulis di teks."
"Beres, Kak."
"Oke, siap, yah,"
Setelah mendapatkan komando, kamera juga sudah dalam kondisi on, Tania mulai bercuap-cuap.
"Halo, mentemen semua, udah pada siap, kan, mainin tamiya-nya masing-masing. Duh, kece banget sih tamiya-tamiya kalian. Jadi, pengin punya satu, deh. Nanti Tania pinjem, boleh dong satu tamiya kalian. Tania kan pengin coba main tamiya juga."
"CUT!"
Selanjutnya, beberapa buah kamera lebih diarahkan ke sirkuit-sirkuit tamiya yang ada. Tania, gadis cilik yang menjadi pembawa acara "Tamiya Goes Around", tampil juga. Para pengunjung yang memperhatikan jalannya turnamen sekaligus syuting, cukup terhibur dengan kemampuan Tania menjadi seorang presenter.
Hampir satu jam kemudian,
Becky yang sudah selesai berganti pakaian, menghampiri Iyus yang dari tadi menunggu di depan toilet khusus anak perempuan. Anak perempuan itu terkekeh-kekeh. Iyus sekonyong-konyong terpukau dengan cara Becky terkekeh-kekeh. Senyuman Becky selalu manis. Kedua mata yang langsung menyipit saat tersenyum, bagi Iyus, itu tak ubahnya seperti sebuah keajaiban dunia.
"Kamu belum pulang?" tanya Becky nyengir.
Jawab Iyus, "Loh, gimana sih kamu, Ky? Tadi kamu sendiri yang nyuruh aku nungguin kamu ganti baju di dalam. Tadi kamu juga bilang aku diajak jalan bareng keluarga kamu di Taman Anggrek."
Becky tertawa lagi. "Oh iya, yah. Ya udah, ayo."
Iyus hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Becky di belakang.
"Oh iya, Iyus, makasih banyak yah, ucapan selamat kamu waktu hari itu. Yang bulan lalu itu, maksud aku." ucap Becky sembari berjalan.
"Yah, sama-sama, Becky." balas Iyus tersenyum. Iyus merasa beruntung sekali hari ini. Pertama, ia bisa melihat berlangsungnya sebuah acara televisi dan salah seorang teman sekelasnya menjadi pembawa acaranya. Kedua, ia berjalan bersama-sama Becky, yang sudah lama ia taksir. Ketiga, gadis cinta pertamanya itu mengajaknya jalan-jalan ke Taman Anggrek (yang tadi Becky bilang akan bermain ice-skating).
"Tahu nggak, Yus?"
"Tahu apaan?"
"Kamu teman sekelas aku yang pertama ngucapin selamat buat kemenangan aku di acara kuisnya Bang Bokir Sihotang itu. Teman-teman sekelas aku malah cuma tahu aku ikut kuis, tapi, boro-boro mereka ngucapin. Padahal aku menang uang sepuluh juta rupiah."
"Kamu juga yang salah. Kenapa nggak bilang?"
"Yah, nggak enak, lah. Ntar dikira sombong."