"YUS!" seru Wawan.
Teriakan Wawan itu tak hanya mengagetkan Iyus, melainkan pula para pengunjung warnet yang kebanyakan anak-anak sekolah dasar. Sebagian anak-anak memandang Wawan dengan penuh takut.
"Ada apa sih, Bang?" tanya Iyus. "Nggak usah teriak-teriak begitu. Tuh, lihat, anak-anak pada lihatin lu, kan?!"
Wawan berdecak. "Lu ada-ada aja. Overthinking lu, Yus."
"Over apa?" tanya Iyus mengernyitkan dahi. Mungkin karena Wawan mengucapkannya sembari terburu-buru, Iyus tak terlalu jelas mendengar apa yang dikatakan oleh Wawan secara pasti. Mungkin Iyus mengira Wawan berkata 'opor ayam' atau 'over credit'.
"Iya, lu overthinking," ulang Wawan memelototi Iyus. "Mikirnya ke mana-mana. Padahal baru terima medical check-up. Baru dapat diagnosis kanker payudara stadium dua. Belum tentu meninggal juga, nyokap lu--"
"--tapi, insting gue--" potong Iyus yang sudah dipotong oleh Wawan, "Udah, gue yakin abis operasi minggu depan, nyokap lu sehat walafiat. Nggak usah kebanyakan mikir. Mending lu pikirin tes masuk perguruan tinggi itu."
"Gitu, yah?" tanya Iyus menggigit bibir bawahnya.
Wawan agak menekan bahu Iyus dan berkata, "Santai saja, Kawan. Santai macam di pantai."
Hari ini Iyus kembali ke warnetnya Koh Hendrik lagi setelah sekian lama tidak mengunjungi warnet tersebut. Sebelumnya Iyus memang sudah meminta izin untuk tidak datang ke warnet. Koh Hendrik mengizinkan dan mendoakan agar Iyus diterima di perguruan tinggi yang diminatinya. Selain itu, Koh Hendrik bahkan sudah mengganti posisi Iyus dengan orang lain. Tadi saja, saat kembali ke warnetnya Koh Hendrik, Iyus kaget melihat laki-laki sipit berperut buncit yang menyerahkan kunci warnet ke Wawan. Wawan bilang laki-laki berperut buncit itu keponakannya Koh Hendrik.
"Eh, lu," panggil Wawan ke salah seorang anak yang sedang menggunakan komputer warnet. "Titip warnet bentaran. Gue mau nemenin abang lu yang lagi galau."
"Siap!" seru si bocah berkacamata yang memberikan gestur sedang hormat. Bocah berkacamata itu lumayan sering berkunjung ke warnet. Jika operator warnet sedang keluar untuk sementara waktu, bocah berkacamata itu yang biasanya menggantikan posisi untuk menerima bayaran dari pengunjung warnet yang baru saja selesai menggunakan komputer.
"Yok, kita ngobrol di luar aja, Yus," ajak Wawan tersenyum dan memukul lengan Iyus.
Wawan segera keluar sebentar. Iyus menyusul Wawan. Mereka hanya duduk di depan warnet. Wawan lalu memberikan Iyus sebatang rokok. Iyus meminta pemantik dan Wawan memberikan pemantiknya. Selanjutnya, keduanya sudah saling merokok. Seperti biasa, Wawan iseng melemparkan asap ke arah Iyus. Iyus cemberut dan balik membalasnya.
Wawan terkekeh-kekeh. "Lu jadinya ambil jurusan apa?"