Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #123

Iyus Riang, Arik Uring-Uringan.

Sampai juga Iyus di Danau Sunter. Dari Taman Senopati yang berada di Jakarta Pusat, menuju Danau Sunter yang masuk yurisdiksi Jakarta Utara. Hampir satu jam perjalanan yang ia lalui. Terkena macet di beberapa titik di provinsi DKI Jakarta.

Iyus mengamankan sepeda motor bebeknya di titik yang masih kosong dari area parkir, yang tak jauh dari Danau Sunter. Tak lupa ia mengambil ponsel yang tersimpan di dalam ransel. Ternyata tak sia-sia ia mematikan ponsel. Tadi saja, saat sedang berpeluh melawan kemacetan yang entah sampai kapan berakhir, ia tak terlalu kesal. Biasanya, macet sedikit saja, ia sudah merepet. Apa saja ia akan maki-maki. Meskipun sebetulnya ia hanya terpengaruh oleh perilaku beberapa pengguna jalan.

"Hahaha..." Iyus tersentak memperhatikan riwayat panggilan di dalam ponselnya. Ada dua puluh kali panggilan masuk dari Arik. Sepuluh kali SMS masuk dari nomor yang sama pula. Juga, ada lima pesan yang masuk ke akun WhatsApp Iyus.

Spontan Iyus menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia terkekeh-kekeh. Belum tebersit untuk membalas apalagi menghubungi Arik. Di pikirannya, ia hanya coba mempraktikkan nasehat Wawan tadi. Kali ini ia harus bersantai. Santai merupakan sesuatu hal yang sepertinya jarang sekali dilakukannya. Ia harus baru sadar hidupnya terlalu serius. Jauh dari kata santai.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Apakah itu karena Arik dicintai oleh Iyus? Belum apa-apa, belum ada lima belas menit, Arik sudah menghubungi Iyus. Iyus menarik nafas lebar. Langsung ditolak. Sebagai gantinya, ia mengirimkan pesan kepada Arik, bahwasanya ia tak bisa diganggu, karena sedang sibuk sekali.

"Maaf, Bang," kata Iyus dalam petikan pesan dalam aplikasi WhatsApp. "gue lagi ada keperluan. Nggak bisa teleponan dulu sama lu. Jangan telepon gue selama 2-3 jam ke depan. "Maaf, Bang," kata Iyus dalam petikan pesan dalam aplikasi WhatsApp. "gue lagi ada keperluan. Nggak bisa teleponan dulu sama lu. Jangan telepon gue selama 2-3 jam ke depan."

Jam sudah hampir mau menunjukkan pukul lima sore. Eh, sebetulnya sudah melewati angka lima. Jam lima lebih beberapa menit sedikit. Mungkin pandangan Iyus sedikit kabur saat melirik angka-angka dihital yang tertera di layar ponsel. Yang seharusnya terlihat pukul 17.11, di pandangan Iyus, itu mendadak terlihat menjadi 16.46. Wah, pantas saja Iyus membutuhkan satu waktu spesial yang disebut sebagai liburan. Lebaran di bulan Juli nanti harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Iyus.

Bunyi ponselnya berdering. Mungkin dari Arik. Iyus belum sempat mengeceknya langsung. Yang ia lakukan itu hanyalah terus berjalan dah berjalan. Hingga akhirnya... ingin rasanya Iyus berteriak. Meskipun di sekitarnya, lalu lalang kendaraan bermotor dari beragam merek, tetap saja memperhatikan pemandangan asri di hadapannya, itu sudah cukup untuk meredakan urat-urat syaraf yang menegang. Kata siapa, bersantai untuk menghilangkan stres, itu harus pergi ke Bali, Lombok, Bunaken, atau tempat-tempat eksotis lainnya di Indonesia. Hanya pergi ke Danau Sunter, itu bisa membuat kita sadar Tuhan itu ada. Masalah-masaah kita itu belum ada apa-apa daripada alam ciptaan Allah.

Langsung saja Iyus mempraktikkan ide yang tadi muncul di kepala sejak masih di Taman Senopati. Fitur kamera dinyalakan. Lensanya mulai di arahkan ke titik-titik yang berada di sekitar Danau Sunter. Terkadang ia mengarahkan lensa kamera ke arah danau. Lalu ia mengarahkan kamera ke pedagang-pedagang di sekitar danau. Ada juga ia mengambil gambar beberapa pengunjung yang berkeliaran di sekitar Danau Sunter. Bahkan ia terpikirkan untuk berswafoto dengan latarnya adalah Danau Sunter. Ia puas dengan foto-foto yang ia hasilkan hanya menggunakan fitur kamera dari sebuah ponsel merek Nokia.

"Coba di-upload aja, kali, yah, ke Instagram," desis Iyus nyengir ke dirinya sendiri.

Iyus lalu menyalakan data seluler. Lantas ia membuka aplikasi Instagram. Ia memilih salah satu foto yang ia ambil secara diam-diam. Seorang perempuan berhijab dan berseragam SMA sedang membaca buku. Latarnya pemandangan Danau Sunter. Ada satu-dua burung ikut terpotret dalam foto tersebut. Melihat foto tersebut, ia sudah terpikirkan caption yang tepat.

Lihat selengkapnya