Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #124

Kejutan dari Stella

Lumayan lama juga Iyus berada di luar rumah. Baru di rumah di sekitar jam sembilan. Sesampainya di rumah, ia lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar. Ia memilih untuk tidak makan malam dengan beralasan sudah makan di luar. Kenyataannya ia memang sudah makan setelah selesai memotret beberapa obyek menarik di Danau Sunter dengan fitur kamera yang berada di ponselnya. Nasi Padang yang tak jauh dari Danau Sunter, lumayan menggiurkan juga. Kali lain ia harus mencicipi dendeng sapi tersebut. Tadi ia baru mencicipi nasi rendang saja.

"Tadi udah makan di luar, Pa," ujar Iyus memberikan alasan, yang sudah bersiap masuk ke dalam kamar.

"Tumben pulang malam, Yus," kata ayahnya yang duduk di atas sofa. "Kamu nggak kerja di warnet itu lagi, kan? Beneran mau fokus buat kuliah di semester depan?"

Sementara ibunya sedang sibuk mencuci piring. Bahkan suaranya terdengar hingga kamar Iyus, yang tidak terlalu jauh dari dapur pula.

Iyus mengangguk dengan ragu-ragu. Kepalanya sedikit tertunduk. Nafasnya sedikit terengah. Katanya dengan intonasi agak berat, "Ya... udah nggak, kok, Pa..."

"Benar?" tanya ayahnya lagi yang sedikit curiga. Dahi ayahnya berkerut. "Yah, sudah kalau begitu. Dan, soal kanker payudara Mama kamu, nggak usah kamu pikirkan dengan serius-serius. Mama kamu sedih sewaktu tahu kamu malah sering murung diceritakan soal kankernya. Doakan saja operasinya berjalan dengan lancar. Oh iya, kapan juga kamu tes?"

"Eee..." Ganti dahi Iyus yang berkerut. Iyus agak pasi. "kalau nggak salah, hari jumat."

"Waduh," sahur ayahnya menepuk dahi.

"Waduh kenapa, Pa?" tanya Iyus mengernyitkan dahi. Dalam hati, ia sudah berpikir apa yang akan ayahnya bicarakan. Apa mungkin?

"Operasi Mama kamu itu jumat depan, Yus," kata ayahnya setelah menarik nafas. "Bentrok sama jadwal kamu tes itu."

"Ada apa, Pa?" tanya ibunya yang sepertinya baru selesai mencuci piring.

"Ini, Ma," kata ayahnya, menoleh sebentar ke arah istrinya. "Tes masuknya si Iyus jatuh berbarengan dengan operasi Mama."

"Oh, yah, sudah," kata ibunya tersenyum dan tanpa tedeng aling-aling. "Iyus, kamu fokus ke tes masuk kamu. Harus lulus. Harus jadi mahasiswa semester depan. Nggak usah menemani Mama juga nggak apa-apa. Biarlah Papa sama beberapa saudara yang datang."

"Tapi, aku mau ada di sisi Mama waktu operasi," bantah Iyus sembari sedikit menggigit bibir bawah. "Kalau nggak jadi ikut tes masuk di sana, aku bisa coba kampus lain, kok, Ma."

Lihat selengkapnya