Sudah seminggu berlalu sejak ibunya Iyus, Ibu Rena, berhasil melalui operasi pengangkatan payudaranya. Besok minggu nanti, akan diadakan semacam syukuran di gereja yang sering didatangi oleh keluarga Kurniawan setiap minggu. Di hari minggu sebelumnya, Pak Candra sudah mengurus perizinan ke majelis gereja setempat. Malah salah seorang pendeta gereja tersebut ikut berbahagia dengan peristiwa bahagia yang sedang dialami oleh keluarga Kurniawan.
"Wah, selamat, selamat," ujar salah seorang pendeta yang sudah bergelar Emeritus, tapi masih sering berkeliaran di gereja tersebut. "Saya mewakili gereja turut senang proses operasinya berjalan dengan lancar."
"Sama-sama, Pak Pendeta," ujar balik Pak Candra menyalami si pendeta.
Oh iya, Emeritus sendiri berarti pensiunan. Istilah itu sering disematkan kepada profesional-profesional tertentu yang sudah memilih untuk pensiun.
Iyus tersenyum sambil menghela nafas. Ia ikut membantu proses untuk persiapan acara syukuran di gereja. Salah satunya adalah ikut membantu memasukkan piring, gelas, tikar, termos, dispenser kecil, hingga sekardus air mineral ukuran gelas ke dalam mobil keluarga Kurniawan yang kurang lebih sama seperti mobil keluarga Sutiawan. Sama-sama sebuah mobil Kijang Kapsul, yang di era 90-an, cukup banyak diminati. Bahkan, sempat menjadi salah satu mobil mewah.
Pak Candra menghampiri Iyus dan menepuk punggung anak semata wayangnya. Ia berkata, "Gimana? Belum ada cerita ke Papa soal ujian kamu itu. Bisa?"
"Puji Tuhan, bisa, Pa," kata Iyus tersenyum, mengacungkan jempol.
"Syukur, deh," kata Pak Candra langsung menyalami Iyus. "Papa turut senang. Jadi, kamu milih jurusan apa akhirnya? Komunikasi atau Hukum?"
"Hukum, Pa," jawab Iyus. Tampak sebetulnya Iyus kurang mantap dengan pilihannya. Bukan sekadar pilihan fakultas, melainkan dengan keputusannya untuk berkuliah. Sepertinya Iyus belum terlalu ingin meninggalkan profesi lamanya sebagai operator warnet.
"Kenapa nggak mantap begitu jawabannya?" tanya Pak Candra. "Yakin, dong. Anak laki-laki itu harus yakin dengan pilihan dan keputusannya. Apalagi, kalau kamu nanti benar-benar menjadi mahasiswa jurusan Hukum, kamu harus tegas. Tiru, tuh, pengacara yang suka pakai cincin di jari-jarinya itu."
Iyus spontan terkekeh-kekeh. Ia tahu apa maksud perkataan ayahnya. Pastinya pengacara yang dimaksud itu Bigman Paris Hutajulu. Hanya dia, salah seorang pengacara kelas kakap yang sering berkeliaran di media, yang senang memamerkan cincin. Entah cincin apa yang dikenakan oleh Bigman Paris Hutajulu tersebut. Terkadang Iyus berasumsi pengacara bernama Bigman itu memiliki banyak selir. Mungkin saja Bigman itu memiliki istri lebih dari satu. Sesuatu yang membuat Iyus iri. Sementara Iyus kesulitan untuk memiliki pacar, pengacara bernama Bigman Paris Hutajulu memiliki lebih dari dua istri.