Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #145

Sama-sama Panik, Dong!

"Pada percaya, nggak, cowok buluk ini macarin member JK Group, si Cindy Montolulu?"

Iyus terperangah. Siapa sangka dua orang pengamen yang ia temui di Lapo Panjaitan itu penggemar JK Group juga. Ia menelan air liur. Nafasnya terengah-engah. Kedua matanya masih terbelalak. Andai saja ia lebih berhati-hati. Bagaimanapun JK Group itu bukanlah sebuah idol group yang sering diundang ke acara-acara jepang-jepangan. JK Group yang dikapteni oleh Nelly itu sudah cukup sering berkibar di belantika musik Indonesia.

Masih pukul 02.23 subuh. Sengaja Iyus bangun di saat-saat seperti ini. Komputer hanya berada di ruang tengah. Iyus tidak memiliki komputer jinjing. Kurang afdal jika menyimak dari ponsel. Walaupun tadi--di sekitar jam sembilan malam--Iyus sudah mengecek notifikasi Facebook. Iyua hanya ingin memastikan. Ternyata fotonya dan Bang Raja sudah tersebar di dunia maya. Yang tidak hanya di grup penggemar JK Group.

Iyus menggaruk-garukkan kepala. Nafasnya masih terengah-engah. Sudah jelas ia panik. Sebisa mungkin ia tidak berteriak. Pokoknya orangtuanya tidak boleh tahu. Lagi pula orang tua mana yang menginginkan anak semata wayangnya diterpa skandal. Apalagi ibunya belum seratus persen dari kanker payudara. Ia mendadak teringat kata-kata kakak kelas semasa SMA bahwa ada kemungkinan kanker payudara bermutasi menjadi penyakit jantung koroner.

"Eh, Yus," ujar Pak Candra dengan mata masih mengantuk. "Tumben buka komputer malam-malam."

Iyus kaget. Jantungnya berdebar-debar. Ia kaku menoleh ke arah belakang. Dengan panik, ia berkata, "E-e-e... P-papa udah bangun?"

"Lihat apa kamu?" tanya Pak Candra yang masih terpaku dari pintu kamar orangtua. Belum beringsut lebih dekat ke Iyus. "Apa yang kamu lihat? Nggak buka yang begituan, kan?"

Iyus menggelengkan kepala panik. "Ng-nggak, kok, Pa. Li-lihat pengumuman tes waktu itu."

"Oh, gitu," kata Pak Candra mengangguk-angguk. "Tapi, kok kamu panik? Papa juga nggak masalah kamu buka situs porno. Asal tahu batasan dan bisa mengendalikan diri. Lagi pula, Papa justru senang, ternyata anaknya Papa benar-benar seratus persen laki-laki tulen. Tidak bengkok."

Iyus terkekeh-kekeh. "Yah, jelas, dong, Pa. Aku masih suka sama perempuan, kok. Tenang aja, Pa."

"Kamu kenapa?" tanya Pak Candra mengernyitkan dahi, terkekeh. "Panik sekali. Mau menyalakan komputer jam berapa, tidak ada larangan."

Iyus hanya terkekeh.

"Yah, sudah," kata Pak Candra nyengir dan menguap. "Papa mau ke kamar mandi."

Segera Pak Candra bergegas ke kamar mandi. Iyus mengelus-elus dadanya. Nafasnya masih memburu. Kepala Iyus lalu menoleh ke arah layar komputer. Iyus masih membaca postingan tersebut beserta komentar-komentarnya. Kasar sekali mereka ini. Iyus meragukan mereka benar-benar penggemar JK Group. Sebelumnya tak sering Iyus mendapati komentar-komentar bernada kebencian seperti ini.

Tiba-tiba ponsel Iyus berdering. Ponsel itu tadi diletakkan di dekat CPU, dan dalam posisi sedang dicas. Kabel cas dicopot. Iyus segera menerima panggilan.

Belum Iyus bilang "Halo", si penelepon sudah berkata lebih dahulu, "Lu yang namanya Iyus Kurniawan?"

Iyus menelan air liur. "I-iya, gue Iyus Kurniawan."

"Maksud lu apa, Nyet? Pakai ngaku-ngaku pacarnya Cindy Montolulu. Nyadar diri, lah, wajah lu sejelek apa. Buluk gitu, apa lu pikir Cindy Montolulu mau sama lu?!"

Lihat selengkapnya