Untuk kali ini, Iyus menghabiskan saat-saat santainya di Sutiawan Soto. Sutiawan Soto merupakan tempat kuliner milik keluarga Sutiawan yang sudah berdiri sejak tiga generasi yang lalu. Yang awalnya hanya berukuran seperti warteg. Kini, menjelma menjadi tempat kuliner yang cukup luks. Sudah diperlengkapi pendingin udara, dua buah televisi, serta meja dan bangku yang tidak lagi terbuat dari kayu. Yang sekarang lebih empuk.
Ah, seharusnya Pak Andi sangat berterimakasih kepada Stella, kekasihnya Arik. Stella menanamkan modal dalam modal yang tidak sedikit. Bahkan ayahnya Stella turut membantu dalam hal pembuatan badan usaha dan logo perusahaan. Namun, sampai sekarang Pak Andi masih saja kurang simpati dengan Stella. Pak Andi justru lebih suka Arik berpasangan dengan Ayu, mantannya Arik yang sudah meninggalkannya secara menyakitkan.
Iyus tertawa terbahak-bahak. Sebab, sekonyong-konyong Sutiawan Soto memperdengarkan lagu JK Group. Tak sekadar lagu JK Group. Yang dipilih adalah lagu di mana Cindy Montolulu.
Arik menghampiri Iyus sembari membawakan pesanan Iyus: semangkuk nasi rawon beserta segelas es teh manis. Di atas nampan juga ada punyanya Arik, yaitu soto mi dan air jeruk hangat.
"Ini, lu yang pasang, kan, Bang?" selidik Iyus terkekeh-kekeh. "Sialan lu!"
Iyus agak lama memandangi wajah teman blogernya ini. Beberapa tahun lalu, ia memang sudah lama memiliki suatu impian agar bisa merasakan indahnya ajang kopi darat tersebut. Arik ini merupakan salah satu teman bloger yang ingin ditemui Iyus. Yang tadinya hanya angan-angan, sekarang malah terwujud. Bahkan, tanpa sepengetahuan Iyus pula, saat itu Arik sudah memiliki hubungan dengan salah satu kakak sepupunya yang aktif bekerja di dunia hiburan tanah air. Benar-benar deh, dunia kayaknya kecil banget, pikir Iyus.
Sebentar saja Iyus melihat isi ponselnya. SMS dari Arik masih belum dihapus. Karena SMS itulah, Iyus bisa berada di Sutiawan Soto ini.
"Yus, kemari, deh. Ono surprise buat sampeyan. Pasti sampeyan demen. Dateng, yo. Ntar aku SMS alamatnya."
Arik langsung minum air jeruk terlebih dahulu. "Sialan, yah, Yus, hahaha. Nanging sampeyan benernya kedemenan, kan? Tahu, lah, aku, Yus."
"Apa, sih?" ucap Iyus terkekeh. Iyus mulai mencampur nasi dengan kuah rawon.
"Sampeyan milih menu iku, mergo lanang iku, kan?" Arik malah balas bertanya, nyengir.
Iyus tertawa. "Hahaha, nggak jelas lu, ah. Eh, tapi akhirnya bisa ketemuan juga, yah, kita, Bang. Nggak sekadar temenan online."
Arik tertawa. Laki-laki ini sepertinya tahu Iyus sedang coba mengalihkan pembicaraan. Sembari tertawa, Arik mulai makan pesanannya.
Iyus ikut tertawa. Ia pun ikut makan.
"Yo weis, lah," kata Arik masih nyengir. "Aku iku asline ora suka ikut campur masalahne orang lain, Yus. Itu urusan sampeyan. Sampeyan pun wis dewasa, kukira, yah. Dan, meski saiki sampeyan karo si cewek member iku terpisah, jodoh ora pergi jauh."
"Udah, lah, Bang," kata Iyus yang mulai memerah mukanya. Spontan Iyus minum es teh manisnya hingga terbatuk-batuk.
Arik kembali menertawakan Iyus. "Eh, cie, segitunya demennya karo si cewek member. Naksir berat nih, ye."
Iyus batuk-batuk. Kali ini suara batuk itu untuk mengingatkan Arik agar berhenti menggodanya.
"Eh, cerita dong ke teman bloger sampeyan iki," pancing Arik yang masih nyengir. "Ceritain gimana ceritane iso kenal karo si cewek member?!"
Iyus tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepala. Kali ini Iyus minum es teh manis dengan sangat berhati-hati agar tidak tersedak lagi. Sembari minum es teh manis, entah mengapa dada Iyus terasa sakit. Hampir saja kedua matanya menitikkan air mata. Kedua matanya sekonyong-konyong menerawang dan menekuri gelas es teh manis tersebut.
"Jadi, ceritanya gini, Bang,"
"Oke, aku dengerin baik-baik ceritane sampeyan. Terusin, terusin."