Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #167

Semua Akan Wota pada Waktunya

Arik masih saja duduk di depan komputer. Jam sudah menunjukkan pukul 22.04 WIB. Belum saja ia tidur. Ia masih sibuk melihat-lihat setiap video yang berhubungan dengan JK Group.

Benar juga yang dulu pernah dikatakan Sukro tempo lalu. Arik tak begitu ingat kapan waktu persisnya. Namun, sepertinya sebelum hubungan Arik dan Stella mulai go public. Saat itu Sukro pernah berkata begini:

"Jangan ngeledek gitu, lah, Bro. Ntar yang awalnya benci, jadi cinta. Benci itu kan akronim dari benar-benar cinta. Lagian lagu-lagunya JK Group nyandu banget. Gue--kalau nggak dengar--bawaannya uring-uringan. Kayak lagi ngobat. Ntar lu bakal ngerasain sendiri. Semua bakal wota pada waktunya."

Saat itu, Arik hanya tertawa terbahak-bahak tanpa berkata sepatah kata pun. Sukro itu memang suka ngawur. Di kampus, Sukro sering membuat candaan selama dosen sedang menjelaskan materi. Lulus dari fakultas Hukum saja dengan cara mengemis-ngemis ke sana dan ke mari. Yang ujungnya Sukro lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sebesar 2,45. Untuk ukuran mahasiswa yang sering titip absen dan selama ujian sering mempersiapkan contekan yang sebelum ujiannya dilaksanakan, jumlah IPK segitu sudah bagus.

Akan tetapi, Arik merasa omongan Sukro saat itu ada benar. Kini ia sangat merasakan segenap jiwa dan pikirannya dikuasai oleh lagu-lagu JK Group. Dari satu lagu ke lagu lainnya. Selama empat jam, sekitar durasi segitu, ia benar-benar menceburkan diri ke dunia JK Group. Tidak hanya JK Group, lagu-lagu sister group yang lainnya disimak juga. Untungnya ia mendengarkannya dengan penyuara telinga. Adik-adik atau kedua orangtuanya tidak perlu tahu.

Malu juga, lah, sudah usia lewat angka 25, masih senang menyimak para perempuan cantik yang asyik menari sekaligus menyanyi. Apalagi posisi Arik adalah CEO. Ia pun kelak sudah digadang-gadang akan menjadi penerus dari Sutiawan Soto yang makin lama makin dipadati pengunjung.

Di saat sedang mendengarkan Mayu Chou, Arik sekonyong-konyong teringat dengan kejadian tahun lalu. Saat itu, ia sedang mengikuti tes lamaran kerja di sebuah firma hukum.

***

Di sebelah Arik, ada seorang pelamar kerja lainnya. Laki-laki, gendut, berkacamata, dan mengenakan setelan jas dan celana panjang yang serba hitam-hitam. Hanya kemejanya saja yang berwarna biru langit. Tadi si laki-laki gendut memperkenalkan diri sebagai Glen.

Tertawa. Iya, Arik tertawa kecil (yang tak berani tertawa terbahak, karena faktor situasi) memperhatikan kelakuan Glen. Entah apa yang didengar Glen, laki-laki gendut itu terlihat asyik berjoget ala boyband Korea, tapi lagu yang didengar Glen itu berbahasa Indonesia.

"Sek, sek, itu lagu opo?" Arik mengernyitkan dahi. Karena penasaran yang bercampur dengan rasa gelisah (dirinya takut gagal diterima kerja lagi), ia iseng saja mencari tentang lagu itu di Google.

Bersamaan dengan itu, Glen sempat ditegur karyawan HRD yang bertugas untuk menyeleksi pelamar kerja yang datang ke Yoga Pratama and Partners. Saking terlalu menikmati lagu yang dinyanyikan oleh para gadis remaja, Glen sempat susah dipanggil oleh pewawancara. Ditambah lagi, Glen bernyanyi dengan suara yang tak bisa dibilang pelan. Glen bernyanyi sekaligus menirukan koreografi yang dibawakan oleh Nelly, dan kawan-kawan.

Lihat selengkapnya