Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #176

Move-on itu Berat, Bro!

Satu kata itu bernama move-on. Entah apa pula padanan kata itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sampai sekarang pun, sejak Iyus masih SMP, ia belum pernah menemukan kata dalam bahasa Indonesia untuk kata tersebut.

Mungkin sesusah itu untuk move-on. Sesusah Iyus yang masih berat menerima keputusan Cindy Montolulu dan manajemennya. Padahal hanya sebuah pacar pura-pura, tapi terus terbayang-bayang. Sampai sekarang Iyus masih sulit melupakan momen kencan di restoran tersebut.

***

Segera Iyus menekan tuts-tuts ponsel. Nomor Cindy Montolulu yang dihubungi. Tak langsung dibalas.

"Halo, Bacin, kamu di mana?"

"Sebentar lagi, Kuyang. Lima belas menit lagi. Kena macet tadi. Bacin sebentar lagi on the way ke sana."

"Jangan lama-lama, Bacin. Kuyang kangen sama kamu, tauk," kata Iyus yang menjijikkan sekali nada bicaranya. Seperti seorang anak kecil yang sedang merengek-rengek minta dibelikan Play Station 2 ke orangtuanya.

"Sabar, yah, Kuyang, emuach..."

"Love you, Bacin."

"Love you, too, Kuyang."

Iyus menghela nafas. Pelayan restoran datang membawakan pesanan. Sepiring nasi goreng dan segelas jus alpukat. Sembari cengar-cengir, si pelayan meletakkan pesanan tersebut ke atas meja. Sempat si pelayan berkata, "Semoga berkah, Mas, hubungannya."

Iyus mengernyitkan dahi dan bertanya, "Maksudnya?"

"Mas, mau nge-date, kan?" tanya balik si pelayan.

"Loh, kok tahu?" Iyus balik bertanya.

"Pakai cipika-cipiki segala," kata si pelayan terkekeh-kekeh. "Manggilnya pakai nama kesayangan juga. Bacin. Kuyang. Hehe. Eh, saya tahu, loh, Mas, satu rahasia kamu."

"Apaan, sih?" sembur Iyus merengut. "Nggak usah sok tahu."

"Yang diajak nge-date itu member, kan?" terka si pelayan nyengir.

***

Lihat selengkapnya