Di siang hari, juga yang sesuai jadwal, Arik berencana untuk bertemu dengan Ayu lagi. Ada keperluan dan itu tentu saja berkaitan dengan PT Sutiawan Sejahtera Selalu, badan usaha yang menaungi Sutiawan Soto. Arik dan Ayu janji berjumpa di sebuah restoran yang digunakan pula dulu sebagai tempat kencan Iyus dan Cindy Montolulu.
Sembari menunggu, sambil minum jus mangga, Arik menarik nafas panjang. Sesekali pandangan Arik tertuju ke arah pengunjung restoran yang mulai banyak. Di antara pengunjung-pengunjung tersebut, ada yang sedang berdua dengan pasangannya, entah berstatus sebagai pasangan suami-istri maupun hanya pacaran. Yang karena itulah, dada Arik terasa sekali. Spontan saja kepala Arik memutarkan sesuatu.
***
"Owalah," ketik Arik ke Stella "Niatnya kamu, Baby. Eh, boleh nangis nggak, nih?"
"Kenapa harus nangis? Hahaha..." tanya Stella balik.
"Aku terharu, Baby. Ternyata cintamu ke aku ndak main-main."
"Hahaha... mana pernah Stella main-main, apalagi urusan asmara."
***
Arik menghela nafas. "Stel, napa sampeyan tego? Salahku ning endi, Stel? Sampeyan pergi begitu saja waktu lagi sayang-sayangnya karo sampeyan."
Mendadak Arik teringat dengan kejadian akhir tahun lalu. Menjelang pergantian tahun. Juga, saat persiapan mengikuti misa Natal.
Sembari bernostalgia, Arik menyesap jus mangga itu lagi.
***
"Arik, kan?" tanya seorang perempuan yang membuat Arik mengernyitkan dahi. Arik sepertinya mengenali si perempuan. Ini seperti teman perempuannya yang bukan sekadar teman perempuan.
Di benak Arik, samar-samar teringat kejadian kurang menyenangkan yang pernah ia alami. Apakah itu bisa disebut sebagai putus cinta? Yang jelas itu, saat itu, Arik benar-benar marah ke Ayu. Betapa tega Ayu yang tidak berkonsultasi dulu dengan rencana Ayu berkuliah ke Jepang.
"Aku nggak nyangka bisa ketemu kamu di gereja ini."
"Ayu, kan?" tanya Arik untuk memastikan.
Perempuan bernama Ayu itu mengangguk. Entah mengapa Ayu sepertinya senang sekali bisa berjumpa dengan Arik. Tak tahukah Ayu bahwa Arik bukanlah laki-laki yang sama dengan laki-laki yang ia kenal dulu?
Arik tertawa. "Astaga, kaget loh aku, iso ketemu kamu di sini."
"Aku juga kaget. Kamu ternyata masih sama kayak Arik yang dulu, yang kalau ngomong campur-campur bahasa Indonesia sana bahasa Jawa."