Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #181

Pak Andi Tahu Juga

"Eh, sebentar, opo si Ayu punya perasaan kanggo aku? Naksir kecil-kecilan gitu?"

"Sok kecakepan banget, Rik. Situ oke? Hahaha... mending langsung aja kita omongin. Harus pro-fe-si-o-nal!"

"M-maksute aku ora gitu, Yu."

Masih saja terbayang di benak Ayu saat berbincang pertama dengan Arik tadi. Sesekali pandangan Ayu tertuju pada wajahnya Arik yang masih berkutat dengan berkas-berkas yang berkaitan dengan kerja sama antara Sutiawan Soto dan usaha jamu turun temurun milik keluarga besar ayahnya Ayu, Jahe Pedas-Pedas Prameswari. Masih saja Ayu tak bosan memandangi wajah Arik, yang merupakan cinta lama bersemi kembali-nya. Ah, mantan pacar, maksudnya.

Terutama yang menjadi perhatian Ayu adalah kata-kata Arik tadi. Aduh, bodohnya Ayu. Kenapa ia tidak mengaku saja bahwa ia pun masih memiliki hasrat untuk ber-cinta-lama-bersemi-kembali. Namun, yah, itulah manusia. Sisi lain dari otak Ayu seolah-olah berkata pantang untuk seorang perempuan mengemis-ngemis cinta seorang laki-laki, apalagi jika si laki-laki sudah diputuskan hubungannya di masa lalu.

Ayu menyesap jamu yang sebetulnya sampel. Sembari minum jamu buatan Bu De-nya, perempuan itu masih terngiang-ngiang kata-kata Arik tersebut.

"Eh, sebentar, opo si Ayu punya perasaan kanggo aku? Naksir kecil-kecilan gitu?"

Tak hanya sekali, tapi itu terus berputar di kepalanya sebanyak... berlipat-lipat, ratusan, ah, lebih.

"Eh, sebentar, opo si Ayu punya perasaan kanggo aku? Naksir kecil-kecilan gitu?"

"Eh, sebentar, opo si Ayu punya perasaan kanggo aku? Naksir kecil-kecilan gitu?"

"Eh, sebentar, opo si Ayu punya perasaan kanggo aku? Naksir kecil-kecilan gitu?"

"Yu!" seru Arik terkekeh-kekeh, yang sejenak meninggalkan sebentar urusannya, yaitu memeriksa berkas-berkas tersebut. "Ngelamun kamu iku, yo?"

Ayu tersentak, gugup, dan ikut tertawa kecil juga. "Hahaha.. a-apaan, sih?"

Arik menggeleng-gelengkan kepala dan masih terkekeh.

"Rik," tanya Ayu menelan air liur. Gugup. "A-ada yang mau aku tanya?"

"Soal bisnis ini?" tanya Arik menelan saliva. Entah kenapa Arik teringat kata-katanya tadi--yang tentang Ayu.

"B-bukan, sih. Soal, maaf, ini soal kehidupan pribadi kamu. Agak-agak privasi. Nggak mau jawab, nggak apa-apa. Maaf, yah, Rik, agak kurang sopan."

"Yo weis, orapopo. Tanyain wae kanggo aku, Yu. Ndak marah, kok. Kebetulan aku emang butuh temen curhat."

"Temen curhat?"

"Hahaha... iyo, temen curhat. Aduh, hah... sebenernya aku iki males puol ning mari, Yu."

"Sama papa kamu?"

Arik menggeleng dan mendesah. "Ora karo dia, Yu. Nanging dia ora sampe tauk. Tambah mumet aku iki, yen dia sampe tauk."

"Kenapa memangnya?"

"Yo, tebak wae, lah."

Lihat selengkapnya