Iyus tercengang. Seluruh bagian bentuk rumah mewah yang berada di dekat dirinya, ia pandangi betul-betul. Seperti ABG-ABG yang sering norak, begitulah juga Iyus. Bahkan pagar tinggi berwarna hijau tua itu, ia raba pelan-pelan.
Bang Raja tertawa. "Hahaha... udah, lah, Yus, nggak usah norak gitu. Alay lu, ah."
"Alay apaan, sih?" tanya Iyus mengernyitkan dahi. Ia masih mengagumi rumah mewah tersebut.
"Anak layangan."
"Tapi, gue nggak suka main layangan. Main gundu, sering."
Meledak lagi tawa Bang Raja. "Buahahahaha... pantas saja si cewek namanya Cindy Montolulu itu mutusin lu. Makanya, diuruslah rencana kuliah di semester depan."
Bang Raja beringsut ke arah bel yang berada di dekat pagar tinggi tersebut. Suara bel langsung terdengar dari dalam rumah. Dari arah dalam, terdengar suara seseorang yang minta bersabar sampai pagar dibukakan. Mungkin itu pembantu rumah tangganya. Rumah semewah itu sudah jelas membutuhkan pembantu rumah tangga.
"Gue baru tahu, Bang," ucap Iyus berbisik pelan. "Baru tahu rumahnya Koh Hendrik semewah ini."
Bang Raja terkekeh. "Harusnya gue ajak lu ke sini dulu-dulu. Gue udah cukup sering ke rumahnya Koh Hendrik, Yus. Kadang buat urusan warnet. Kadang urusan lain."
"Oh," balas Iyus pendek. Iyus masih saja memandangi rumah mewah Koh Hendrik.
Seorang wanita tua keluar dari rumah tersebut. Wanita tua sibuk membukakan pintu pagar yang agak sulit untuk dibukakan karena ukurannya.
"Si Kokoh ada, Nci?" tanya Bang Raja.
"Ada tuh di dalam," jawab wanita tua tersebut--yang sepertinya istrinya Koh Hendrik.
Baik Bang Raja dan Iyus bergegas ke dalam setelah pagar dibukakan. Mereka berdua berjalan mengikuti istrinya Koh Hendrik, yang mengenakan kaus putih dan celana pendek. Koh Hendrik sudah menunggu di ruang tamu. Begitu sampai di dalam, Iyus sangat terpana dengan isi rumahnya Koh Hendrik. Sementara Iyus dan Bang Raja duduk di kursi, istrinya Koh Hendrik langsung menuju dapur.
"Eh, Yus," sapa Koh Hendrik tersenyum. "Gimana rencana kuliah? Semester depan, jadi kuliah, kan?"
Malah Bang Raja yang menjawab, "Nggak diterima, Koh. T'rus anaknya malas buat nyari kampus pengganti."
Iyus hanya terkekeh dengan agak meringis, karena perutnya dipukul pelan oleh Bang Raja.