Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #188

Terdistraksi dengan Foto Istimewa Becky

Iyus mengambil nafas lebar. Kopi saset itu disesap lagi. Kedua matanya kembali memandangi layar komputer. Jam sudah menunjukkan pukul 12.34. Sudah lewat tengah malam pula. Kedua orangtuanya sudah tidur juga.

Oh, Iyus juga sudah memberitahukan tawaran Koh Hendrik kepada kedua orangtuanya. Responnya sangat positif. Malah Bu Rena terus mendesak Iyus agar tawarannya diambil. Pak Candra berusaha menenangkan situasi.

Iyus minum kopi saset lagi. Sudah hampir setengah jam. Ia belum saja tergerak untuk melanjutkan ceritanya. Padahal sudah ditunggu oleh Bang Raja. Disimak baik-baik cerita tersebut.

***

Surat Cinta Seorang Pelukis untuk Seorang Penulis

posted by Iyus Kurniawan on June 5, 2014

Ini tentang aku, sang pelukis. Anggap saja aku adalah seorang pelukis. Aku melukis yang aku mau. Aku melukis dengan media apapun. Terserah aku. Selama yang aku rasa, cara melukis aku, atau, apa yang aku lukis, itu tidak mengusik siapa-siapa. Sejauh ini, aku tidak mengusik siapapun dengan apa dan bagaimana aku melukis.

Ini tentang aku, seorang pelukis. Pelukis yang melebihi nama besar Leonardo Da Vinci, yang piawai menulis dengan tangan kirinya. Aku akui tulisan kidal Da Vinci sangat spektakuler.

Sekali lagi, aku katakan, inilah aku, seorang pelukis. Aku merupakan seorang pelukis dengan penuh luka. Seorang pelukis gila, yang ingin selalu bersama dengan sang penulis, namun, aku heran, alam semesta ini sepertinya tidak merestui kita. Padahal, kedua orangtua kami tidak mempermasalahkan hubungan sang penulis dan sang pelukis.

Layaknya kertas yang dibakar, kisah kita teramat indah. Itu bahkan sangat sulit dibayangkan kembali. Oh, aku dan penulis belum berpisah. Jiwa aku dan jiwa sang penulis masih bersatu. Kami berdua sudah ditakdirkan untuk bersatu. Hanya saja alam semesta ini sepertinya ingin kami tidak bersatu.

Lucu, bukan?

Halo, Sang Penulis. Di sini, aku, Sang Pelukis, hanya ingin bertutur. Tolong didengar.

Aku ingin kamu tetap menjadi diri kamu sendiri. Aku selalu berkata, love yourself. Itu memang untuk kamu, Sang Penulis, yang aku cintai.

Lihat selengkapnya