Kawasan itu tidak terlalu ramai di rentang pukul 09.00 hingga 11.00. Baik itu di dalam lingkungan kulinernya maupun jalan raya di seberangnya. Banyak tempat kuliner yang sudah buka. Bahkan ada yang pagi-pagi sekali sudah buka. Itu adalah rumah makan khas Menado yang tak jauh dari Lapo Panjaitan yang sebentar lagi akan berganti nama.
Sudah pukul 09.14 waktu Indonesia bagian barat. Memang kesepakatannya itu berkumpul di jam delapan pagi. Makanya Iyus sudah duduk di salah satu bangku yang tersedia di Lapo Panjaitan. Iyus benar-benar menikmati jus markisa yang tadi dipesan. Tampak di hadapannya, Bang Raja memasang tampang galak. Samar-samar terlihat asap keluar dari kepala Bang Raja.
"Yus,"
"He'eh, Bang,"
"Yus, lu serius nggak, pengin jadi kayak Raden Miko?"
"Serius, lah, Bang. Itu impian gue waktu masih SMA. Pengin bisa setenar dan sekaya Raden Miko."
"T'rus lu kira Raden Miko pakai guna-guna biar kayak sekarang?"
"Yah, kali, Bang, pakai guna-guna, hahahaha..."
"Semuanya itu membutuhkan usaha yang nggak main-main. Lu pernah dengar, nggak, cerita di balik terbitnya buku pertamanya, yang 'Si Jantan Mbek'?"
Iyus mengangguk dan menyesap kembali jus markisa. "Pernah. Yang, kalau nggak salah, begitu terbit, pihak penerbitnya mau taruh bukunya di rak buku binatang. Yang itu bukan?"
"Nah, itu, lu tau. Selain itu, Yus, bukunya Raden Miko itu sempat ditolak beberapa kali sampai akhirnya dipinang sama Cetus Media. Dikiranya itu buku yang membahas tentang cara beternak kambing."
Iyus memilih untuk tidak menjawab. Ia membiarkan dirinya dicecar oleh sahabatnya tersebut. Apalagi, memang ia yang salah. Seharusnya ia lebih mengontrol emosinya. Pun, tidak terbuai dengan persoalan cinta yang remeh temeh.
"Lu lagi mikirin apa?" tanya Bang Raja masih melotot. Laki-laki Batak itu menyesap minuman Cap Badak-nya. Minuman yang diminum Bang Raja adalah minuman soda berasa limun sarsaparilla. Di Pematang Siantar, minuman Cap Badak digemari oleh masyarak Pematang Siantar sembari mencicipi Bakmi Khas Siantar yang konon ketenarannya sampai ke Negeri Belanda. Begitulah yang dikoarkan oleh Amangboru Ronald.
Iyus hanya menghela nafas dan minum jus markisanya.
"Mikirin si cewek yang namanya Cindy Montolulu itu?"
Iyus malu-malu mengangguk pelan.
"Fokus dulu, lah, sama perkembangan novel lu. Katanya, mau kejar karier jadi penulis. Biar bisa sebeken Raden Miko. Atau, sekaya Afif Genderuwo."
Pelan-pelan Iyus menundukkan kepala. Dicedoknya makanannya: nasi putih dengan lauk sangsang, dali, dan sayur singkong.