Tak Sambat

Nuel Lubis
Chapter #194

Akal-akalan Elia

Sudah di atas jam sepuluh. Sepuluh pagi, lah. Rata-rata orang Indonesia sepertinya sepakat berkata bahwa jam sepuluh itu masih tergolong pagi. Hanya sedikit di antara orang Indonesia yang berkata bahwa jam sepuluh itu sudah bisa dibilang siang. Mungkin karena itulah, ada istilah brunch, yang konon diciptakan oleh muda-mudi Jakarta Selatan.

Brunch merupakan perpaduan antara kata breakfast dan lunch. Suatu jam makan siang antara sarapan pagi dan makan siang. Beberapa orang berkata, dikatakan lunch jika kita makan di atas jam dua belas siang. Jika sudah makan berat di jam sepuluh, sementara beberapa jam sebelumnya sudah sarapan, maka makan di jam sepuluh itu adalah brunch.

Sudah jam sepuluh, tentu saja rata-rata tenant sudah dibuka. Sementara pertunjukan JK Group sudah pasti belum dimulai. Namun, menurut bocoran, member dan staf akan tiba di Sport Mall di sekitar jam 10.30. Tak ayal, banyak penggemar sudah berjejer di dekat pintu masuk. Mereka berusaha mencuri-curi kesempatan agar bisa memfoto atau--ehem, ehem, berjabat tangan gratis selain di luar event handshake. Pernah ada seorang teman bercerita kepada Iyus, dirinya pernah beruntung bisa berjabat tangan dengan Fey.

"Nggak nyesel gue, Bro," seru si teman dengan mata berbinar-binar. "Fey itu orangnya murah senyum banget. Nggak benar-benar pendiam. Buktinya gue ajakin ngobrol soal balap mobil, dia paham. Udah begitu, mulus bener tangannya Fey. Terawat gitu. Beda sama tangan gue, yang tangan-tangan kuli gitu."

Iyus tertawa sendiri.

Elia memperhatikan dengan agak was-was, tapi tentu saja nyengir pula. Elia berkata, "Kenapa lu, Yus?"

Iyus menggeleng. "Nggak apa-apa. Gue cuma keinget masa lalu aja."

"Mikirin si Cinmon?"

"Iya, iya, si Cinmon."

"Berarti, selama lu pacaran sama Cinmon, lu nggak punya nomor hapenya, dong?!"

"Punya sih, sebetulnya. Tapi, begitu konferensi pers waktu, itu, staf minta gue langsung hapus setiap kontak Cinmon dari hape gue, Bro. Yah, gila aja, kali, gue nggak punya nomor hapenya. Gimana caranya gue sama dia bisa beberapa kali nge-date?! Telepati?"

"Hahaha.... iya, kali, telepati. Eh, tapi, seru juga pacaran sama cewek dengan komunikasi model begitu, Yus."

"Seru di mananya?"

"Yah, seru aja. Dia lagi di Bekasi, nih. Kita lagi di Tangerang. Terus, cuma telepati aja, buat ngabarin lagi di mana posisi."

"Nggak ada romantis-romantis, lah, El, kalau pakai acara telepati-telepatian. Romantis itu kalau kita pacaran bisa chat mesra, love call sampai subuh, t'rus ribut-ribut nggak jelas cuma buat ngabarin kita udah sampai di tempat nge-date."

"Yah, romantis itu, yah, kita yang bikin, Yus. Ketahuan lu, belum pernah pacaran."

"Kayak lu udah punya pacar aja. Zaman sekolah dulu aja, lu hobi malming di warnet."

Sekonyong-konyong Iyus dan Elia bertemu laki-laki berjaket kaligrafi tersebut. Bertemu di depan gerai minuman susu kocok. Laki-laki itu langsung menyapa Iyus dan Elia. Iyus yang terlebih dahulu menyapa.

"Nggak di luar aja?" tanya Iyus yang ikut Elia beli minuman susu kocok.

Laki-laki itu menggeleng, lalu ia menerima pesanannya, yaitu jus wortel. Jawabnya tersenyum, "Lebih enak di dalam. Di luar, panas."

"Padahal kalau kamu di luar, kesempatan kamu bisa foto gratis member-member kayak Tania, Fey, atau Nelly, terbuka cukup lebar. Staf pasti nggak bakal protes."

Lihat selengkapnya