Kebetulan di rumah sakit yang keluarga Kurniawan datangi, ada gerai Starbucks. Sembari menunggu kedua orangtuanya yang sedang berada di ruang praktik dokter spesialis penyakit dalam, ke sanalah Iyus untuk menghabiskan waktunya. Tadi juga Iyus sudah diberikan uang untuk membeli sesuatu demi membunuh kebosanan. Entah itu membeli makanan, entah itu pula membeli sesuatu yang bisa dibaca. Yang mana dua-duanya sudah Iyus ambil.
Caramel macchiato itu sudah hampir habis. Sebagian halaman dari tabloid olahraga yang tadi Iyus beli, juga sudah terbaca sebagian halamannya. Sudah ada hampir setengah jam. Lama juga ibunya melakukan pemeriksaan. Di sini, di gerai Starbucks yang berada di rumah sakit ini, Iyus menunggu dengan harap-harap cemas. Iyus masih terus berharap penyakit ibunya tidak semakin parah. Jujur, di usia seperti ini, rasa-rasanya Iyus belum siap untuk kehilangan seorang ibu kandung. Apalagi ia merasa belum begitu membanggakan ibunya tersebut.
Iyus mengambil tabloid yang tadi ia hempaskan ke atas sofa di sampingnya. Ia baca lagi halaman-halaman yang sudah ia baca. Sembari membaca sekali lagi, ia teringat kejadian-kejadian yang sudah berlalu. Salah satunya, menjelang ia akan berangkat ke Sport Mall. Seharusnya ia bisa menonton JK Group dan diam-diam memperhatikan aksi panggung Cindy Montolulu. Seharusnya seperti itu. Andai namanya tidak di-blacklist JK Group.
Pikiran Iyus mulai mengembara ke mana-mana.
***
Iyus tersentak.
Si empunya warung, yang seorang ibu renta berjilbab, memanggil-manggil Iyus untuk sekadar menyerahkan kembalian.
"Masih jam sembilan begini, sudah melamun," celetuk si ibu berjilbab. "Nih, kembaliannya. Satunya Rp 2500."
Iyus mengangguk dan menerima kembalian. "Makasih banyak, Bu."
Sekonyong-konyong ada seorang laki-laki yang sepertinya sebaya dengan Iyus. Laki-laki itu sepertinya searah dengan Iyus. Salah satu buktinya adalah jaket yang laki-laki itu kenakan. Ada kaligrafi JK Group di belakang jaket.
"Sport Mall masih jauh dari sini, Bu?" tanya si laki-laki. Kelihatannya si laki-laki bukanlah warga Jakarta Utara. Makanya ia kurang familier dengan suasana kawasan Jakarta Utara.
"Kamu mau nonton JK Group juga?" tanya si ibu berjilbab. "Yah, dari sini, ada sekitar sekitar lima belas menit dengan motor. Kalau jalan kaki, kurang lebih, yah, bisa setengah jam."
Tiba-tiba muncul ide Iyus untuk menawari diri untuk membonceng si laki-laki tersebut. "Aku ada rencana ke sana juga. Mau ikut nggak?"
"Gratis, kan?" tanya si laki-laki meragu.
"Iya, gratis. Lagian, sesama fans JK Group dilarang saling mengambil keuntungan."
Si laki-laki terlihat tersenyum lebar. Iyus pun kelihatan bahagia dengan raut senang si laki-laki. Selain itu, barulah Iyus menyadari satu hal. Tampaknya tidak semua penggemar JK Group mengetahui insiden pacaran diam-diam antara Iyus dan Cindy Montolulu. Juga, tidak semua penggemar JK Group itu sebar-bar para penggemar saat itu. Salah satunya itu laki-laki berjaket kaligrafi JK Group ini.
***