Sudah seminggu berlalu, atau lebih tepatnya sudah seminggu lebih beberapa hari, sejak peristiwa di rumah sakit tersebut. Masih terngiang-ngiang di benak Iyus setiap kata-kata ayahnya. Bagaikan petir di siang bolong. Iyus kira ibu kandungnya sudah benar-benar sembuh dari kanker setelah payudara ibunya diangkat. Nyatanya ibu kandungnya kembali divonis menderita kanker, tapi kanker lainnya. Ayahnya bilang, kanker yang ini adalah kanker pankreas.
Sekarang ini Iyus sedang berada di Lapo Panjaitan. Di atas jam sepuluh pagi. Lapo milik keluarga Panjaitan ini sedang ramai-ramainya. Maklum saja sekarang hari sabtu. Tidak hanya mal atau tempat hiburan yang ramai di waktu sekarang ini, lapo Batak pun sama.
Tak jauh dari bangku Iyus, ada sebuah panggung kecil. Di atas panggung kecil, ada grup musik yang sedang bernyanyi. Yang dinyanyikan itu lagu-lagu berbahasa Batak. Mana Iyus paham bahasa Batak. Sementara Iyus yang memiliki darah Tionghoa, payah kali nilai Bahasa Mandarin-nya saat SMA dulu.
Sembari menikmati grup musik itu memamerkan aksi panggungnya, Iyus teringat setiap kata-kata Pak Candra. Satu persatu muncul begitu saja di dalam kepalanya.
"Eh, Papa belum tidur?"
"Seru, Yus, konsernya?"
"Lumayan, Pa."
"Ketemu sama cewek artis itu?"
"Puji Tuhan, iya, Pa."
"Baguslah. Eh, tapi, Yus, ada yang Papa mau bicarakan ke kamu. Mumpung Mama kamu sudah tidur di kamarnya."
"Soal apa, Pa?"
"Kamu tahu, kan, Mama kamu sempat dirawat karena kanker?"
"..."
"Namanya kanker, Yus, sulit untuk sembuh seratus persen. Sewaktu-waktu bisa kambuh lagi. Nah, tadi pagi, begitu kamu pergi ke Sport Mall, Mama kamu ngeluh nyeri di sekitar ulu hati. Dia minta diantar ke rumah sakit. Yah, Papa turuti. Sesampai di sana, dokternya meminta Mama balik lagi hari senin. Diduga ada sel-sel kanker lainnya dalam tubuh. Dan, Mama kamu harus dikemoterapi, kata Dokter itu. Takutnya kanker yang ini lebih ganas."
Mula-mula yang Iyus ingat hari itu, saat dirinya gagal menonton JK Group karena terlanjur di-blacklist. Iyus perlahan-lahan tak terlalu mempermasalahkan hal itu lagi. Lagi pula, sepertinya Iyus mulai memiliki pikiran apakah sebaiknya dia meninggalkan saja Cindy Montolulu. Pasti akan sulit untuk dirinya bisa menumbuhkan kembali hubungan cinta dirinya dengan Cindy Montolulu tersebut. Apalagi ada yang lebih penting daripada persoalan asmara sepele. Salah satunya adalah kesehatan ibu kandungnya, yang sekarang ini sedang diopname di salah satu rumah sakit yang berlokasi di kawasan Jakarta Selatan.
Bang Raja datang. Laki-laki Batak itu yang membawakan pesanan Iyus. Iyus memesan nasi goreng ikan teri sambal Medan dan minumannya itu air teh hangat.
"Nasi goreng ini paling enak di seluruh lapo yang ada di Jakarta, Yus," ujar Bang Raja berapi-api.
Iyus terkekeh dan mulai mengaduk-aduk nasi gorengnya.
Bang Raja agak geli memperhatikan ulah Iyus tersebut. "Alah, Yus. Lu ngaduk-ngaduk nasi goreng kayak ngaduk-ngaduk bubur ayam aja. Bubur ayam atau mi ayam, nggak apa-apa diaduk-aduk. Masa makan nasi goreng harus diaduk-aduk?"
"Biar rasanya lebih merata, Bang," dalih Iyus yang langsung melipat jemari dan menutup mata. Iyus mulai berdoa.