Tanpa sepengetahuan Levi, Amara sempat menyimpan nomor kontak gadis impian lain suaminya tersebut. Levi terlalu percaya diri bisa menyimpan rahasia darinya. Levi tidak belajar bahwa perempuan yang telah menjadi seorang istri, apalagi ibu, memiliki naluri sekuat detektor logam. Serapi apa pun Levi menyamarkan, Amara bisa menemukan sebuah akun aneh berinisial random tanpa foto profil. Sekilas, akun itu tidak mencolok. Isi percakapannya pun nyaris tampak normal. Namun, semakin digulir ke bawah, Amara semakin curiga karena banyak emoji melambangkan simbol hati dalam berbagai rupa memenuhi obrolan. Emoji-emoji itu sarat mengirimkan perasaan bahagia dan afeksi yang tidak wajar berlangsung antara sesama teman. Tahulah Amara, seseorang di balik akun tersebut adalah gadis bernama Chika. Dengan siapa lagi suaminya dekat selama ini hingga tiap hari berkunjung ke rumah? Dalam percakapan keduanya bahkan ada foto warung di depan sebuah rumah, persis gambaran dari Ursa.
Dugaannya benar. Itu adalah akun bayangan milik Chika. Gadis itu menyebutkan nama dengan polosnya tatkala Amara menghubunginya lewat nomor pribadi. Chika tidak sadar kedoknya dibongkar Amara dengan mudah, nyaris seperti mengambil uang yang tercecer di tanah. Gadis itu rupanya belum banyak berpengalaman menghadapi perilaku manusia dan Amara termasuk orang yang gigih mengejar fakta hingga ke ujung dunia.
Amara:
Halo, Chika. Aku Amara, istri Levi. Kamu ingat? Kita pernah bertemu di rumah sakit.
Cukup lama gadis itu mengetik setelah mengetahui jati diri orang yang mengiriminya pesan. Chika mungkin tidak menyangka bakal dihubungi olehnya.
Chika:
Iya, Kak. Bang Levi sudah cerita semuanya.
Dari cara Chika memanggil suaminya saja, Amara merasa dirinya terbakar cemburu. Sementara di sisi lain, dirinya haus untuk menggali informasi. Ada pepatah, seseorang harus hati-hati saat berbicara dengan penulis karena boleh jadi pembicaraan tersebut akan dijadikan bahan riset tulisan selanjutnya. Chika tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa atau Levi belum pernah memberi tahu siapa Amara sebenarnya?
Amara:
Kejadian itu sudah lama dan kamu juga tahu Levi punya istri. Kamu enggak keberatan?
Chika:
Enggak, Kak. Ibuku juga sudah setuju.
Amara:
Setuju bagaimana?
Chika:
Setuju kalau aku nantinya jadi istri kedua.
Amara menggeleng tidak percaya. Rupanya, dia sedang berhadapan dengan sebuah perselingkuhan sistematik. Pantas saja Levi berada di atas angin, orang tua satu-satunya si gadis yang tersisa pun menyepakati hubungan gelap sang putri. Amara penasaran jika mertuanya sendiri pun sudah tahu, maka kegelisahan mertuanya saat tidak menemukan Levi di rumah jadi masuk akal. Amara kini jauh lebih penasaran, di pihak mana mertuanya berdiri?
Amara:
Berarti, cuma aku dan keluargaku yang belum tahu hubungan kalian, ya?
Chika:
Aku minta maaf, Kak. Awalnya, aku menolak. Tapi, suami kamu yang kejar-kejar aku terus.
Kemudian, Chika bersedia? Amara berdecak. Alasan yang mengagumkan. Baik Chika dan Levi, keduanya sungguh pasangan kriminal serasi. Skenario pembalasan macam apa yang sebaiknya Amara siapkan untuk mereka berdua?
Amara:
Aku tahu rasanya dikejar-kejar Levi. Dia juga begitu sebelum kami menikah dulu. Aku sempat menolak lamaran dia, tapi dia mengajak ibunya untuk meyakinkan aku. Apa kali ini dia juga begitu?
Chika:
Aku memang pernah ketemu sama ibu Bang Levi, tapi ibunya diam saja.
Jadi, begitu rupanya. Amara tertawa geli. Jika dia bertindak sekarang, besar kemungkinan dia akan melawan banyak pihak yang mendukung perbuatan suaminya. Namun, sedari awal Levi telah keliru menempatkan dirinya dalam posisi antagonis, bahkan membujuk Ursa, bocah di bawah umur untuk bergabung dalam konspirasi yang suaminya siapkan. Amara tidak pernah diperhitungkan, bahkan mungkin dianggap tidak ada. Dalam situasi seperti ini, Amara pun tidak punya pilihan selain merebut kembali apa yang sudah menjadi haknya.