TAK SEKENTAL DARAH

mahes.varaa
Chapter #1

DOKTER BAGAS

“Dok, Dokter!” 

Bagas harusnya sedang dalam perjalanan menuju ke ruangannya di mana Dokter seniornya sedang menunggu laporannya. Tapi langkah kaki Bagas terhenti di tengah perjalanannya. Untuk tiba di ruangannya, Bagas harus melewati banyak ruangan dan salah satunya adalah ruang tunggu operasi. 

“Sayang sekali, pasien akhirnya mengembuskan napasnya. Padahal pasien sudah sangat positif akan sembuh.” 

Ketika melihat pintu ruang operasi terbuka dan dua perawat yang mendorong stretcher, lewat dan berbincang kecil, mata Bagas teralihkan pada stretcher itu. Di atas stretcher itu harusnya ada pasien yang terbaring di atasnya dengan selimut yang menutupi tidak hanya bagian tubuhnya tapi sampai ke wajahnya. 

Seperti kata ucapan perawat yang mendorong stretcher itu, pasien itu mengembuskan napas terakhirnya di atas meja operasi. 

Tapi bukan itu yang menarik perhatian Bagas. Ada sesuatu yang lain di atas stretcher itu yang menarik perhatian Bagas. Sesuatu itu adalah yang banyak orang sebut dengan arwah gentayangan. 

“Apa yang kamu inginkan untuk terakhir kalinya?” ucap Bagas lirih ketika melihat arwah itu duduk di samping pasien di atas stretcher. 

“Tidak ada. Aku datang ke sini untuk menjemput Ayahku.” 

“Oh! Kalo begitu ucapkan selamat jalan. Semoga kalian tenang di sana.”

Tadinya Bagas mengira arwah yang duduk di samping tubuh pasien itu adalah pasien itu sendiri. Tapi setelah mendengar ucapan dari arwah itu, Bagas sadar dugaannya salah. Arwah yang duduk di samping tubuh pasien itu bukan arwah pasien itu, melainkan arwah lain yang sepertinya sedang menjemput kematiannya. 

Terima kasih banyak. Kami akan pergi dengan tenang.” 

Huft! 

Ini bukan pemandangan pertama yang Bagas lihat. Mata milik Bagas sejak kecil sudah bisa melihat hal-hal seperti ini. Arwah-arwah gentayangan sudah jadi hal yang biasa untuk Bagas. Hanya saja … melihat pemandangan seperti ini tak pernah jadi hal yang biasa bagi Bagas. 

Melihat kematian seseorang dan arwahnya yang lepas dari tubuhnya tetap saja bukan hal yang biasa Bagas biasakan, bahkan setelah bertahun-tahun lamanya. Apalagi belum lama ini, Bagas harus merelakan seseorang yang selalu mengisi hatinya pergi dan kini hanya menjadi kenangan semata. 

“Dok, Dokter!”

Bagas yang tadi sibuk dengan pikirannya yang teralihkan, terkejut karena tak menyadari ada seseorang yang sudah berdiri tepat di sampingnya. 

“Ya, Perawat Leli. Ada apa?” 

Bagas menolehkan kepalanya dan melihat ada Perawat Leli dari paviliun M, sudah ada di di sampingnya dan menegurnya. 

Lihat selengkapnya