Drama sekali.
Keluarga ini drama sekali.
Kalo seandainya di sini ada Teddy, dia pasti senang banget lihat drama seperti ini.
Bagas hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat drama keluarga dari sepupu Perawat Leli. Pemandangan ini membuat Bagas ingat dengan Teddy yang ketika rehat dari pekerjaannya selalu meluangkan waktu untuk menonton sinetron dramatis seperti apa yang diperlihatkan dari keluarga sepupu Perawat Leli.
Kreet!
Setelah drama keluarga kecil berakhir, akhirnya Bagas dipersilakan masuk ke dalam rumah yang dimaksud.
Rumah warisan untuk sepupu Perawat Leli ukurannya cukup besar. Rumah di tengah perumahan itu bertipe 70 dan kebetulan berada di pojokan yang kebetulan punya sisa lahan yang lumayan di sampingnya. Bagas sekilas tadi melihat sisa halaman itu dan bisa mengira-ngira jika sisa halaman itu dibangun maka setidaknya ada dua kamar atau dua ruang tambahan. Tapi sayangnya tanah itu tidak ditambah bangunan dan dibiarkan begitu saja.
Dari cerita Perawat Leli, Bibinya itu dulu punya sedikit hobi kecil: berkebun. Maka dari itu lahan di samping itu tidak dibangun bangunan karena hobi dari bibinya.
Bagian dalam rumahnya sama seperti kebanyakan rumah lama lainnya. Punya ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan ruang makan. Tapi karena ukurannya lumayan besar, rumah ini punya tiga kamar di dalamnya: satu adalah kamar utama yang ukurannya lebih besar dan dua lainnya adalah kamar yang berukuran lebih kecil yang pasti dulunya adalah kamar anak-anak dari Bibi Perawat Leli.
“Bagaimana menurut Dokter?” Setelah mengajak Bagas berkeliling memeriksa seluruh bagian rumah, Perawat Leli bertanya pada Bagas untuk mengetahui pendapatnya.
Rumah ini …
Setelah memeriksa seluruh bagian rumah, Bagas sama sekali tidak menemukan adanya hal aneh di rumah. Tidak seperti cerita Perawat Leli yang mengatakan jika pemilik rumah ini ada di sini, Bagas sama sekali tidak melihat adanya satu pun arwah di rumah ini.
Aku enggak lihat apapun yang aneh di sini.
Tapi …
Karena di masa lalu Bagas juga pernah memiliki pekerjaan sampingan seperti ini, Bagas tidak bisa begitu saja mengatakan penilaiannya tentang rumah ini. Terlalu dini bagi Bagas untuk mengatakan jika rumah ini ‘bersih’.
Jadi untuk memastikan Bagas berkeliling sekali lagi.
“Boleh aku lihat foto pemilik rumah ini, Perawat Leli?”
“Ya, Dok.” Perawat Leli memberi instruksi pada Rani untuk menunjukkan foto keluarganya di mana ada pemilik rumah yang tidak lain adalah Bibi Haris-Bibi dari Perawat Leli.
“Ini, Dok.”
Jelas ini orangnya. Tanpa harus dijelaskan, Bagas dapat menduga dengan jelas Bibi Perawat Leli. Di foto itu satu-satunya wanita tua dengan rambut putih hanya ada satu orang dan hal itu sudah jadi jawaban yang jelas untuk Bagas.
“Perawat Leli, sekali lagi saya tanya. Apa benar Bibi Perawat Leli meninggal karena sakit?” tanya Bagas memastikan.
“Ya, itu benar.” Jawaban itu keluar bersamaan dari mulut Perawat Leli dan Rani.
Aneh sekali. Sekali lagi Bagas menatap sekeliling rumah milik Bibi Perawat Leli. Seperti penilaian awalnya tadi, rumah ini tak terlihat bermasalah. Setelah lebih dari sekali berkeliling dan memeriksa, Bagas sama sekali tidak menemukan kejanggalan di rumah ini. Bahkan arwah pemilik rumah yang diceritakan oleh Perawat Leli, Bagas tak melihatnya.