“Kalo dibilang bermasalah, mereka semua bisa dibilang bermasalah, Dok.”
“Bibi Haris punya tiga anak. Anak pertamanya adalah Mbak Indah, berumur 54 tahun. Punya dua anak yang dua-duanya sudah menikah. Semenjak masih muda Mbak Indah itu disayang sama Paman dan Bibi. Niatnya karena anak pertama nantinya bisa bantu keluarga tapi karena semenjak kecil selalu dibanggakan, Mbak Indah akhirnya tumbuh jadi orang yang angkuh dan egois. Anak kedua Bibi adalah Mas Budi. Sebagai satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga, semenjak muda ada banyak harapan yang diberikan Paman dan Bibi pada Mas Budi. Tapi ternyata takdir berkata lain. Hidup Mas Budi benar-benar sulit. Pernikahan pertamanya gagal. Dan kini menikah lagi dengan janda anak satu. Dibandingkan dengan Mbak Indah yang hidupnya sukses, Mas Budi selalu hidup pas-pasan, kadang kurang. Anak ketiga Bibi adalah Rani. Karena dulu sempat menjaga Bibi, Rani telat nikah. Tapi dibandingkan dengan dua saudaranya, Rani ini yang lebih perhatian pada Bibi.”
Mendengar penjelasan Teddy yang baru saja membahas Indah-si anak pertama Bibi Haris, Bagas teringat dengan cerita singkat Perawat Leli di hari pertamanya datang untuk melihat rumah Bibi Haris.
Cerita yang Teddy dapatkan jauh lebih detail dibandingkan dengan cerita Perawat Leli dan mungkin setelah ini, cerita Teddy akan lebih mendetail lagi tentang si anak kedua-Budi dan si anak ketiga-Rani dan membuat Bagas dapat melihat keluarga Bibi Haris secara keseluruhan dan mungkin menemukan siapa sebenarnya Feby yang dicari-cari oleh Bibi Haris.
Cerita Teddy berlanjut.
Budi-si anak kedua awalnya menikah dengan wanita yang bekerja di pemerintahan. Hidupnya terjamin karena punya istri yang bergaji tetap dan mertua yang bisa dibilang mapan karena punya banyak tanah meski sudah tua. Ditambah lagi karena dua mertua Budi adalah mantan pegawai pemerintahan, keduanya hidup dengan gaji pensiunan. Istri pertama Budi adalah anak tunggal, yang artinya nanti pasti warisannya akan jatuh ke tangan istri Budi.
Bisa dibilang meski Budi ini tidak punya pekerjaan tetap, Budi yang memang punya wajah tampan turunan dari ayahnya, beruntung punya istri dan mertua yang hidupnya mapan. Bisa dikatakan bahwa hidup Budi sudah terjamin sampai tua, asal jadi suami yang baik pada istri dan mertuanya.
Sayangnya Budi tidak bisa melihat keberuntungan yang dimilikinya dan membuat keberuntungan yang tidak akan pernah datang lagi dalam hidupnya. Budi yang hanya bekerja serabutan kadang tidak punya pekerjaan dan sebagai gantinya tinggal di rumah dan melakukan pekerjaan rumah. Selesai mengerjakan pekerjaan rumah, Budi kadang suka nongkrong di ujung gang rumahnya bersama dengan beberapa tukang ojek yang mangkal. Dan di salah Budi bertemu dengan Resti-penjual sayur keliling. Resti juga sering mangkal di tempat Budi nongkrong untuk menjual murah nasi bungkus sisa jualan pada tukang ojek. Di sanalah benih-benih cinta Budi dan Resti muncul. Keduanya kemudian selingkuh dan akhirnya tertangkap oleh istri Budi.