Meski kelihatannya akan sulit, tapi nyatanya Bagas dan Teddy mendapatkan informasi mengenai Feby dengan mudahnya dari ibunya.
Hampir setahun yang lalu, Feby menghilang. Waktu itu … Ibu Feby berusaha menghubungi Feby karena masalah warisan yang ditinggalkan oleh ayah kandung Feby. Harusnya Feby datang untuk menerima surat terima kepemilikan rumah yang Feby tempati dan uang warisan ayahnya, tapi Feby tak kunjung datang. Ibu Feby yang cemas karena tak kunjung bisa menghubungi Feby, akhirnya datang memeriksa ke rumah Feby. Anehnya ketika datang ke rumah Feby, rumah itu dalam keadaan tidak terkunci. Ibu Feby jelas panik, karena Feby bukan orang yang ceroboh sampai membiarkan pintu dalam keadaan tidak terkunci.
Begitu masuk ke dalam dan memeriksa, Ibu Feby tidak menemukan keberadaan Feby. Ibu Feby kemudian melihat makanan yang ada di meja makan yang sudah basi. Merasa ada yang tidak beres, Ibu Feby langsung memanggil kepolisian.
Karena tidak ingin tetangga ribut, Ibu Feby membuat kebohongan tentang rumah Feby yang kemasukan pencuri. Nyatanya … Feby-lah yang menghilang tanpa jejak. Ketika Ibu Feby datang ke rumahnya, dipastikan Feby sudah menghilang dua hari lamanya. Pemeriksaan itu berdasarkan makanan yang tertinggal dan rusak di meja makan Feby.
Pemeriksaan dilakukan, tapi tidak hasilnya. Kepolisian memanggil semua kenalan Feby termasuk rekan kerja dan temannya untuk memeriksa adanya kemungkinan lain, tapi hasilnya nihil. Tidak ada tanda-tanda Feby depresi, tidak ada tanda-tanda mencurigakan yang terkait dengan Feby. Sampai hari ini, pihak kepolisian masih belum menemukan keberadaan Feby.
“Apa tidak ada yang hilang dari rumah Feby?” Bagas bertanya ketika Ibu Feby menyelesaikan ceritanya.
“Kecuali hpnya, tidak ada yang hilang sama sekali. Bahkan dompet Feby pun masih ada di kamarnya.”
Ke mana perginya wanita itu?
Bahkan kalo mau bunuh diri pun, seenggaknya dia akan membawa dompetnya. Feby pergi ke mana?
“Bagaimana dengan tanda-tanda penculikan?” Kali ini Teddy yang bertanya.
“Polisi juga memeriksa hal itu. Tapi tidak ada tanda-tanda perlawanan di rumah Feby. Rumah Feby rapi seperti biasanya. Selain itu … polisi menunggu kemungkinan itu dan tidak ada permintaan tebusan dari penculik.”
Tak ada tanda pencurian dan perampokan.
Tak ada tanda permintaan tebusan.
Tak ada tanda kekerasan di rumahnya.
Apalagi kemungkinannya?
Bagas mencoba berpikir dengan keras dan dua kemungkinan muncul bersamaan dalam benaknya. Kemungkinan pertama, Feby mungkin diculik dan terlibat human trafficking dan kemungkinan kedua, Feby mungkin sudah mati. Jika itu yang terjadi, maka pembunuhnya berhasil menyembunyikan mayat Feby dengan baik.
“Apa ada orang-orang yang mungkin menaruh dendam pada Feby?” Kali ini Bagas yang bertanya untuk memastikan dugaan dalam kepalanya.
“Saya rasa ti-dak.” Ibu Feby menjawab dengan keyakinan meski tidak 100 persen. Ada sekilas keraguan yang terlihat dalam sorot mata Ibu Feby. Bagas menangkap kilasan itu.