TAK SEKENTAL DARAH

mahes.varaa
Chapter #25

ANAK-ANAK MEREPOTKAN PART 3

Adegan di depan Bagas berhenti lagi. Bagas yang tadi berdiri menonton, kini melihat ke samping kanannya di mana arwah Bibi Haris berdiri di sampingnya. Bagas melihat arwah Bibi Haris dan melihat bahwa Bibi Haris sedang menahan air mata yang hendak jatuh dari matanya. 

“Bibi baik-baik saja?” tanya Bagas. 

Huft! Setelah mengembuskan napas panjang untuk membuat perasaannya lebih baik, Bibi Haris menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Bagas.

“Tiga anakku. Hidupnya dan sifatnya bermasalah, semua karena aku gagal membesarkan mereka dan jadi Ibu yang baik.” 

“ … “ Bagas tidak bisa menjawab ucapan Bibi Haris itu. Bagas sudah mendengar cerita tentang Nenek Haris dan tiga anaknya. Bagas tidak bisa menyalahkan atau membela Bibi Haris karena merasa Bagas sendiri baru saja jadi orang tua. 

“ ... Dan mereka sampai hari ini masih sama seperti ini. Melihat mereka sebagai arwah gentayangan, aku cuma bisa mengelus dadaku saja, Nak. Satu-satunya kebahagiaan yang aku dapatkan saat itu, hanya ketika aku bersama dengan Feby.” 

“ … “ Bagas lagi-lagi tidak menjawab. Tapi meski begitu, Bagas dapat dengan jelas melihat fakta itu. Saat bersama Feby, raut wajah Bibi Haris kelihatan lebih hidup, lebih tenang dan lebih bahagia. Tapi ketika bertemu dengan anak-anaknya, raut wajah Bibi Haris kelihatan penuh dengan tekanan. 

Setelah mengatakan hal itu, adegan di depan Bagas kembali bergerak. Waktu di depan Bagas bergerak cepat. Matahari yang tadi masih berada di arah timur bergerak cepat dan kini sudah berada di arah barat yang sebentar lagi akan tenggelam. 

“Nenek!”

Seperti biasanya Feby yang baru pulang kuliah, mampir ke rumah Nenek Haris untuk menyapanya. 

“Sudah pulang, Feby?” Nenek Haris menyapa balik Feby. 

“Seperti yang Nenek lihat, aku sudah pulang.” Feby tersenyum membalas sapaan itu sembari masuk ke dalam rumah Nenek Haris dan duduk di kursi ruang tamu di mana Nenek Haris sedang duduk. “Nenek sudah makan?” 

“Belum. Kamu gimana? Sudah makan?” 

“Aku juga belum. Mau aku siapkan makanan, Nek?” Feby menawari. 

“Boleh. Kamu temani Nenek makan yah?” 

“Ya, Nek.” 

Yang Feby lakukan sebenarnya hanyalah tindakan sederhana. Menemani Nenek Haris makan, bicara dan sering mengunjunginya. Tapi justru kesederhanaan inilah yang membuat Nenek Haris merasa senang dan bahagia. Dibandingkan dengan tiga anaknya, Feby jauh-jauh lebih baik karena tiga anaknya hanya akan datang padanya kalau ada masalah. Yah Rani memang  termasuk anak berbakti karena tidak lupa untuk sebulan sekali datang mengunjunginya dan menginap di rumah Nenek Haris. Tapi saat Rani datang, yang ada selalu pertengkaran kecil dengan Nenek Haris. 

“Kenapa Nenek enggak makan?” Setelah menyiapkan makanan untuk Nenek Haris, Feby sudah memakan makan malamnya di rumah Nenek Haris. Tapi Nenek Haris justru belum memakan makanannya satu sendok pun dan hal ini membuat Feby penasaran. Sudah lebih dari lima tahun Feby mengenal Nenek Haris dan selama lima tahun itu juga Feby kenal dengan baik sifat Nenek Haris. “Ada yang terjadi hari ini? Anak Nenek datang lagi ke sini?” 

Huft! Nenek Haris menghela napas panjangnya mendengar tebakan dari Feby. “Ya. Kemarin Budi dan Rani. Tadi pagi Indah.” 

Feby tidak berani bertanya lebih jauh lagi. Feby sadar diri. Meski dirinya dekat dengan Nenek Haris, tapi bukan berarti Feby bisa tahu masalah anak-anak dari Nenek Haris. 

“Bisa Nenek kasih nasihat buat kamu, Feby?” 

Lihat selengkapnya