TAK SEKENTAL DARAH

mahes.varaa
Chapter #28

KETULUSAN PART 3

Tempat yang ingin Nenek Haris datangi pertama adalah makam suaminya. Nenek Haris pergi bersama dengan Feby, Andika dan perawatnya. Nenek Haris sendiri sebenarnya tidak kesulitan untuk berjalan karena hanya separuh bagian tubuh atas sebelah kirinya yang mengalami gangguan karena serangan stroke ringan. Tapi karena cemas dengan kesehatan Nenek, Andika membawa kursi roda milik Nenek Haris untuk berjaga-jaga. 

Di depan pemakaman suaminya, Nenek Haris bicara banyak hal. Awalnya Feby tidak ingin mendengar apa yang ingin dikatakan Nenek Haris kepada suaminya di depan makamnya. Tapi Nenek Haris meminta Feby untuk duduk menemaninya di depan makam suaminya bersama dengan Andika-cucunya. 

“Duduk saja di sini sama Andika! Apa yang Nenek bicarakan di depan makam suamiku bukanlah rahasia yang kamu enggak boleh dengar, Feb!” 

Feby tadinya merasa tidak enak dan melirik ke arah Andika untuk meminta ijin. Andika memberikan anggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dirinya setuju Feby tetap di sini menemani Nenek Haris. 

Selama ini … Nenek Haris hanya setahun sekali mengunjungi makam suaminya, itupun yang mengantarnya selalu Andika-cucunya. Kalau bukan Andika, mungkin Nenek Haris tidak akan pernah mengunjungi makam suaminya. Ada banyak hal yang dibicarakan Nenek Haris di depan makam suaminya. Mulai dari hari-harinya selama setahun belakangan, penyakitnya yang kumat lagi, hidupnya tidak akan lama lagi di dunia dan usaha Nenek dalam menjaga warisan dari suaminya. Di akhir ceritanya, Nenek Haris menangis di depan makam suaminya. Nenek Haris merasakan kerinduan mendalam kepada suaminya ditambah lagi dengan masalah yang selalu muncul karena ketiga anaknya. 

“Andai kamu di sini, Yah! Aku mungkin enggak akan secapek ini dengan hidup! Tapi apa dayaku, Tuhan menjemputmu lebih dulu dan akulah yang kamu titipi untuk menjaga tiga anak kita. Andai bisa, aku ingin sekali pergi nyusul kamu, Yah!” 

Feby yang duduk di tidak jauh dari tempat duduk Nenek Haris, hanya bisa meneeteskan air matanya mendengar perkataan dari Nenek Haris. 

“Pakai ini.” Andika mengulurkan tangannya dan memberikan tisu yang dibawanya untuk Nenek Haris, kepada Feby. 

“Ma-makasih.” Feby menerima tisu itu dan membersihkan air matanya yang terus terjatuh karena mendengar perkataan Nenek Haris. 

Setelah selesai mengunjungi makam dan berdoa, Nenek Haris meminta Andika untuk pergi ke beberapa tempat. Tempat-tempat yang dituju oleh Nenek Haris adalah beberapa tempat yang mengingatkannya akan suaminya. Tempat-tempat itu adalah tempat di mana dulu suaminya mengajak Nenek Haris berkencan. Pertama adalah pantai di selatan kota M. Saat ke sana, Nenek meminta untuk berjalan-jalan di pinggiran pantai sembari menceritakan kenangannya saat mengunjungi pantai itu bersama dengan suaminya. Kedua adalah rumah makan lama di mana Nenek Haris sering makan bersama dengan suaminya saat mereka belum punya anak. Ketiga adalah taman bermain di kota M di mana dulu Nenek Haris dan suaminya sering membawa tiga anaknya bermain di taman bermain ini saat libur sekolah datang. 

“Apa Nenek puas hari ini sama jalan-jalannya?” tanya Feby ketika seharian telah berlalu menemani Nenek Haris bepergian. 

“Su-dah.” 

“Nenek masih kangen sama suami Nenek?” tanya Feby lagi. 

“Ma-sih.” 

“Kalo Nenek masih kangen, Nenek bisa lihat dia.” Feby menunjuk Andika. “Cucu Nenek yang satu ini mirip sekali kan dengan Kakek.” 

“I-iya.” Nenek Haris tersenyum menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Feby. 

Lihat selengkapnya